Untuk penelitian ini, 80 sukarelawan secara acak diberi pil kafein 200 mg, setara dengan satu cangkir kopi kental, atau plasebo.
Para peserta kemudian diuji pada ukuran standar pemikiran konvergen dan divergen, memori kerja dan suasana hati.
Kafein terbukti meningkatkan pemikiran konvergen, sementara mengonsumsinya tidak berdampak signifikan pada pemikiran divergen.
Senyawa tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi memori kerja, tetapi subjek yang meminumnya melaporkan bahwa perasaan sedihnya berkurang.
“Kafein 200 mg meningkatkan pemecahan masalah secara signifikan, tetapi tidak berpengaruh pada pemikiran kreatif,” kata Zabelina.
“Itu juga tidak memperburuknya, jadi teruslah minum kopi. Itu tidak akan mengganggu kemampuan ini.”
Pada penelitian acak terkontrol dengan desain double-blind, peneliti mencari tahu efek konsumsi kafein untuk memecahkan suatu masalah secara kreatif.
Peneliti menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi 200 mg kafein (kira-kira satu cangkir kopi 12 ons, dengan responden 44 orang), dibandingkan dengan mereka yang dalam kondisi plasebo (sebanyak 44 orang ), menunjukkan kemampuan pemecahan masalah yang meningkat secara signifikan.
Kafein tidak memiliki efek signifikan pada kreativitas dan daya ingat otak. Efeknya tetap ada setelah mengontrol ekspektasi peserta penelitian.