Bisnis.com JAKARTA — Siapa bilang masa tau harus dihabiskan dengan banyak beristirahat. Menghadapi masa tua alangkah baiknya tetap mengisi waktu dengan kegiatan yang produktif dan tetap aktif berolahraga.
Health Claim Senior Manager Sequis Life Yosef Fransiscus mengatakan menjadi tua bukanlah perkara mudah apalagi bagi mereka yang berada di kota besar. Usia produktif identik dengan kesibukan. Ketika masa lansia tiba dan tidak lagi melakukan kegiatan rutin, tidak punya teman bisa membuat mereka merasa terasing.
Aspek fisik untuk menunjang keseharian lansia memang penting. Namun, ada kebutuhan lain yang perlu dipenuhi pada tahapan usia lanjut, seperti perhatian, penghargaan, dan kebutuhan psikologi lainnya.
“Untuk itu, selain asupan, para lansia juga sebaiknya aktif mengikuti kegiatan sosial, rajin membaca, dan terlibat dalam berbagai kesibukan yang ringan. Kegiatan positif yang rutin dilakukan akan menyegarkan jiwa, membuat otak tetap aktif, dan membantu terhindar dari post power syndrom,” katanya.
Selain itu, aktivitas fisik bagi lansia sangat dianjurkan. Menurut Yosef, pilihlah olahraga yang non kompetitif dan low impact. Misalnya,meditasi, yoga, berenang ringan, jalan sehat atau bersepeda. Olahraga cukup 3-4 x seminggu dengan durasi 1 jam,” ujarnya.
Lansia juga sebaiknya terkena matahari pagi yaitu sebelum pukul 09.00 dengan durasi sekitar 15 menit. Sinar matahai pagi dapat mengaktifkan pro vitamin D menjadi vitamin D yang berfungsi menyerap kalsium,” ujar dr Yosef.
Ia juga menyarankan untuk memperkuat otot punggung sedini mungkin dengan cara latihan beban ringan ataupun olahraga yang memaksimalkan tubuh sendiri tanpa menggunakan beban tambahan dari luar (calisthenics).
Gangguan kesehatan atau penyakit kadang tidak disertai dengan gejala awal. Malahan gejala muncul pada saat gangguan kesehatan sudah ada pada tahap serius. Dengan melakukan pemeriksaan secara berkala akan membantu menemukan gejala gangguan kesehatan, lebih berpeluang untuk ditangani dan disembuhkan.
Pemeriksaan berkala sebenarnya dapat dilakukan sejak bayi, yaitu 6 bulan sekali. Durasi ini juga berlaku bagi mereka yang berusia di bawah 25 tahun bila tidak ada keluhan. Setelah 25 tahun durasinya minimal 3 bulan sekali dan setelah umur 35 tahun sebaiknya dilakukan lebih rutin lagi yaitu 1 bulan sekali .
“Periksa tensi, gula darah puasa, gula darah tidak puasa, kolesterol, asam urat, visus mata, mobilitas gerak, dan kepadatan tulang [osteo density] walaupun belum terindikasi sakit. Durasi ini bisa saja bertambah jika dokter mendiagnosa ada penyakit,” ujar Yosef.
Risiko penyakit pada lansia umumnya hampir sama dengan risiko pada usia muda. Namun, lansia yang sejak muda jarang berolahraga berpotensi terkena osteoporosis, cedera tulang rawan sendi, atrofi otot (penurunan massa otot) pada bagian punggung hingga menjadi bungkuk. Bila lansia memiliki berat badan berlebih akan lebih berisiko mengalami kerusakan tulang sendi pada lutut dan cedera tulang belakang.