Conclave
Entertainment

6 Film Menunjukkan Daya Tarik Paus Fransiskus

Mutiara Nabila
Selasa, 22 April 2025 - 13:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pada awal tahun ini, sebuah film tentang pemilihan Paus di Vatikan menarik perhatian begitu banyak penonton, yang tentu mengingatkan kita pada Paus Fransiskus. 

Film fiksi yang dibuat berdasarkan novel Robert Harris yang rilis pada 2016, diterbitkan tiga tahun setelah masa kepausan Fransiskus

Meskipun tidak mengisahkan tentang Paus Fransiskus, tapi salah satu karakter utama dalam film ini adalah seorang uskup agung Meksiko yang bekerja di Kabul, seorang reformis yang menyerukan gereja untuk fokus pada orang-orang marjinal yang terpinggirkan dan secara historis dikecualikan oleh lembaga tersebut.

Banyak hal yang membedakan karakter di "Conclave" dari Paus Fransiskus yang sedang menjabat, dan meninggal pada Senin (21/4/2025), sehari setelah Paskah. 

Namun, aktivis di layar lebar yang sederhana namun fasih seperti itu hanya bisa dikaitkan dengan Fransiskus, orang Amerika Latin pertama yang memangku jabatan kepausan. 

Dia menuai kekaguman sekaligus kontroversi, terutama karena kepeduliannya terhadap kaum miskin, imigran, dan pengungsi, seruannya untuk pengelolaan lingkungan, dan upayanya atas nama kaum Katolik gay dan lesbian. 

Karya tersebut mengobarkan sayap gereja yang lebih konservatif sekaligus membuatnya disayangi banyak orang, baik Katolik atau bukan, yang melihat cara baru untuk maju dalam kehidupan dan ajarannya.

Fransiskus mungkin adalah Paus yang paling sinematik, dengan representasi fiksi dan dokumenter tentang dirinya yang banyak berkembang selama 12 tahun kepausannya. 

Beberapa film tersebut dibuat oleh dan untuk umat Katolik, seperti dokumenter tahun 2013 “Francis: The Pope From the New World,” yang diproduksi oleh Knights of Columbus; “Francis: Pray for Me” karya Beda Docampo Feijóo dirilis 2015, sebuah drama biografi tentang hari-harinya sebelum menjadi Paus; dan “Chiamatemi Francesco” atau “Call Me Francis” karya Daniele Luchetti pada 2015, yang berfokus pada karyanya sebagai “Paus Rakyat.”

Namun, banyak dari film-film ini tidak benar-benar ditujukan untuk penonton Katolik yang taat saja. Sebaliknya, film-film tersebut menunjukkan sumber daya tarik Fransiskus yang lebih luas. 

Perhatiannya terhadap isu-isu penting sosial dan budaya memberi para pembuat film cara untuk mendekatinya sebagai karakter layar, bukan hanya seorang pemimpin agama. 

Mengutip The New York Times, berikut ini adalah enam film yang sedikit banyak membingkai warisan Fransiskus dan menjelaskan mengapa dia menjadi subjek yang menarik.

1. ‘Pope Francis: A Man of His Word’ (2018)

Film dokumenter “Pope Francis: A Man of His Word,” yang ditayangkan perdana di Festival Film Cannes pada 2018, merupakan gambaran sekilas yang sangat intim tentang pemikiran Paus, langsung dari bibirnya sendiri. 

Dengan Fransiskus menjadi bintang utama, sutradara Wim Wenders hanya menghabiskan sedikit waktu untuk mengisi rincian biografinya. Sebaliknya, Fransiskus berbicara panjang lebar, baik secara langsung maupun kutipan, tentang hal-hal yang menjadi perhatiannya dan alasannya. 

Dia berbicara tentang perjalanannya, cara dia mendekati para pemimpin dunia, dan dasar-dasar filosofis dan teologis dari karyanya. Sudah menjadi hal klise untuk mengatakan bahwa film dokumenter adalah “potret” dari subjeknya, tetapi film Wenders ini benar-benar menonjolkan hal itu.

Paus Fransiskus sering terlihat dalam bidikan medium, sendirian dalam bingkai, berbicara terus terang kepada penonton. Tujuannya, jelas, adalah untuk memberikan kesan bahwa Paus memiliki integritas dan sentuhan manusia yang lembut.

2. 'The Two Popes' (2019)

Disutradarai oleh Fernando Meirelles, "The Two Popes" menerima nominasi Oscar untuk skenario Anthony McCarten (berdasarkan dramanya sendiri); aktor pendukung Anthony Hopkins, yang memerankan Paus Benediktus XVI; dan Jonathan Pryce, yang berperan sebagai Fransiskus. 

Film ini merupakan pertemuan imajiner antara Benediktus, yang sedang mengalami krisis iman sambil juga mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari kepausan, dan Fransiskus, yang saat itu masih bernama Jorge Mario Bergoglio, yang menghabiskan waktu seharian berbincang dengan Benediktus tentang masalah iman, doktrin, dan sejarah. 

Film ini memasukkan elemen lucu dan sangat memanusiakan, dengan bagian yang mengeksplorasi kekhawatiran Bergoglio sendiri tentang sebuah episode di masa lalunya. 

Namun, kekuatan terbesar "The Two Popes" terletak pada bagaimana film ini menyoroti, melalui fiksi, tentang perpecahan di Gereja Katolik Roma antara sayap tradisionalis dan sayap yang lebih progresif. Rasanya seperti menyaksikan dua era bertabrakan, tapi kemudian saling mendoakan. 

3. 'Francesco' (2021)

“Francesco” disutradarai oleh dokumenter Evgeny Afineevsky, yang karyanya sering mengeksplorasi dampak konflik terhadap orang-orang di negara-negara seperti Suriah dan Ukraina. 

Untuk “Francesco,” Afineevsky melihat tanggapan Fransiskus terhadap isu-isu sosial kontemporer, terutama perhatiannya dan kunjungannya kepada orang-orang yang mengungsi dan teraniaya. 

Dalam film tersebut, Fransiskus bertemu dengan Muslim Rohingya yang mengungsi dari Myanmar. Dia mengunjungi kamp pengungsi di pulau Lesbos, Yunani, dan membawa pengungsi Muslim ke Italia. 

Pada 2018, Fransiskus sempat membuat marah para korban pelecehan oleh pendeta dengan meremehkan kekhawatiran mereka; tapi dalam film tersebut, dia bertemu dengan beberapa penyintas dan meminta maaf. 

Keterlibatan Paus yang ditunjukkan dengan ketidakadilan global, menurut film tersebut, menantang gereja yang lebih luas untuk mempertimbangkan perannya di dunia juga.

4. ‘The Letter: A Message for Our Earth’ (2022)

Sebagian besar film tentang Fransiskus menyebutkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan, tetapi "The Letter: A Message for Our Earth" benar-benar berfokus langsung pada isu tersebut. 

Dalam ensikliknya pada 2015 berjudul "Laudato Si" ("Puji Bagi-Mu"), Paus menyerukan dunia untuk bertindak, mengkritik mereka yang mengutamakan keuntungan daripada orang dan mencatat bahwa perubahan iklim memiliki berbagai "implikasi serius: lingkungan, sosial, ekonomi, politik, dan untuk distribusi barang." 

Untuk "The Letter," sutradara Nicolas Brown bekerja dengan aktivis dari daerah yang tidak sering dilibatkan dalam percakapan lingkungan, seperti Amazon, India, Senegal, dan Hawaii, saat mereka bersiap untuk bertemu dengan Paus. 

Film ini adalah sudut pandang lain tentang seorang pemimpin agama yang melihat imannya melampaui batas-batas tradisi, dan menantang orang lain untuk melakukan hal yang sama.

5. 'In Viaggio: The Travels of Pope Francis’ (2023)

Fransiskus sering bepergian selama masa jabatannya sebagai paus, sering kali menggunakan metode transportasi yang sengaja dibuat sederhana agar dia dapat lebih dekat dengan masyarakat. 

“In Viaggio: The Travels of Pope Francis” mengikuti perjalanannya yang ekstensif selama sembilan tahun pertama masa kepausannya, melalukan 37 kunjungan ke 53 negara. Beberapa cuplikan dari film dokumenter sutradara Gianfranco Rosi tentang orang-orang terlantar, “Fire at Sea” dan “Notturno,” dimasukkan ke dalam film tersebut bersama dengan pidato-pidato Fransiskus, yang sering kali mencakup seruan untuk peduli terhadap para migran serta orang-orang miskin dan terpinggirkan. 

Rosi tidak menghindar dari beberapa kontroversi yang diciptakan Fransiskus, alih-alih menciptakan potret seorang pria yang terus bergerak, melintasi dunia sebagai pendeta yang beriman.

6. ‘Conclave’ (2024)

"Conclave" yang setengahnya ringan dan setengahnya penuh pertimbangan, menjadi favorit penonton dan juri penghargaan. 

Karena pengganti Fransiskus akan dipilih dalam beberapa bulan mendatang, film ini kemungkinan akan populer lagi, dengan menyajikan drama menegangkan yang dibintangi Ralph Fiennes sebagai seorang kardinal yang mencoba melakukan apa yang benar di tengah perebutan kekuasaan untuk kepausan. 

Akhirnya, seorang kardinal yang tampaknya sebagian terinspirasi Fransiskus, Benitez (Carlos Diehz), menjadi pemain kunci. 

Sementara film ini, seperti "The Two Popes," menunjukkan perpecahan dalam kepemimpinan gereja atas gender dan seksualitas, dinamika kekuasaan, dan makna iman, film ini juga merupakan film thriller dengan akhir yang mengejutkan. 

Meski sedikit konyol, tapi film ini juga menggugah dan mengingatkan tentang apa yang dipertaruhkan bagi gereja di masa mendatang.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro