Bisnis.com, JAKARTA - Nyeri dada merupakan keluhan yang sering kali menimbulkan kecemasan, terutama karena sering dikaitkan dengan serangan jantung.
Namun, tidak semua nyeri dada disebabkan oleh gangguan jantung. Salah satu penyebab lainnya yang cukup umum adalah gangguan lambung, seperti penyakit asam lambung (GERD) atau gastritis.
Gejala nyeri dada dan sakit lambung tampak mirip. Namun, secara signifikan berbeda penyebab, penanganan, dan dampaknya terhadap kesehatan.
Dilansir dari medicaldaily.com, pada Senin (3/6/2025), agar tidak salah langkah dalam mengambil tindakan medis, penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaan antara nyeri dada akibat lambung dan nyeri dada akibat serangan jantung.
1. Asal atau Sumber Nyeri
• Nyeri Dada Akibat Lambung
Disebabkan oleh iritasi lambung, naiknya asam lambung ke kerongkongan (refluks), atau peradangan pada dinding lambung. Umumnya berhubungan dengan sistem pencernaan.
• Nyeri Dada Akibat Serangan Jantung
Disebabkan oleh penyumbatan atau aliran darah yang terganggu menuju otot jantung. Berasal dari sistem kardiovaskular dan merupakan kondisi darurat medis.
2. Karakteristik Nyeri
• Lambung
Dilansir dari healthline.com, nyeri terasa seperti terbakar (heartburn), perih, atau panas di dada, terutama setelah makan atau saat berbaring. Bisa disertai rasa asam di mulut.
• Serangan Jantung
Nyeri terasa seperti ditekan benda berat, diremas, atau nyeri tumpul yang menjalar. Nyeri bisa menjalar ke lengan kiri, rahang, leher, atau punggung.
3. Waktu Munculnya Nyeri
• Lambung
Sering terjadi setelah makan besar, konsumsi makanan asam/pedas, atau saat perut kosong terlalu lama. Biasanya membaik dengan antasida atau istirahat.
• Serangan Jantung
Dapat muncul tiba-tiba, bahkan saat sedang beristirahat atau tidur. Tidak selalu dipicu oleh aktivitas tertentu dan tidak membaik dengan perubahan posisi atau obat maag.
4. Gejala Penyerta
• Lambung
Disertai sendawa, mual, muntah, perut kembung, dan rasa pahit di mulut. Pasien kadang merasa perut penuh atau begah.
• Serangan Jantung
Disertai sesak napas, keringat dingin, pusing, mual, dan rasa lemas ekstrem. Bisa disertai pingsan atau kehilangan kesadaran.
5. Durasi Nyeri
• Lambung
Biasanya berlangsung selama beberapa menit hingga jam, tergantung makanan dan posisi tubuh. Dapat hilang-timbul dalam jangka waktu lama.
• Serangan Jantung
Nyeri biasanya berlangsung lebih dari 15 menit, tidak hilang meskipun beristirahat atau minum obat maag.
6. Faktor Risiko
• Lambung
Pola makan tidak sehat, stres, kebiasaan merokok, konsumsi kopi dan alkohol berlebihan, serta infeksi Helicobacter pylori.
• Serangan Jantung
Hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, riwayat keluarga dengan penyakit jantung, obesitas, dan kebiasaan merokok.
Baca Juga : 9 Makanan untuk Pengidap Asam Lambung |
---|
7. Pemeriksaan Medis
• Lambung
Dapat didiagnosis melalui endoskopi, pemeriksaan asam lambung, atau uji infeksi bakteri lambung.
• Serangan Jantung
Diperiksa melalui EKG (elektrokardiogram), tes enzim jantung (troponin), foto rontgen dada, dan angiografi koroner.
8. Penanganan Awal
• Lambung
Dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup, obat antasida, penghambat pompa proton (PPI), dan pengaturan pola makan.
• Serangan Jantung
Memerlukan tindakan segera seperti pemberian aspirin, nitrogliserin, dan intervensi medis di rumah sakit (pemasangan stent atau operasi bypass).
9. Dampak Jangka Panjang
• Lambung
Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan luka lambung, perdarahan, atau risiko kanker lambung/esofagus.
• Serangan Jantung
Dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung, gagal jantung, atau kematian mendadak.
10. Tindakan Darurat
• Lambung
Umumnya tidak memerlukan pertolongan darurat. Namun jika nyeri terus berulang dan tidak merespons pengobatan, sebaiknya konsultasi ke dokter spesialis.
• Serangan Jantung
Harus segera dibawa ke rumah sakit. Keterlambatan penanganan dapat berakibat fatal.
Meskipun sama-sama menimbulkan nyeri dada, gangguan lambung dan serangan jantung merupakan dua kondisi yang sangat berbeda dalam penanganannya.
Waspada terhadap gejala yang tidak biasa dan segera mencari bantuan medis merupakan langkah paling bijak untuk mencegah risiko yang lebih besar. Jika ragu, jangan menunda untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. (Mianda Florentina)