Tetapi, Dr Pathare, yang meneliti gangguan mental dan pencegahan bunuh diri, mengatakan angka resmi India sangat diremehkan dan tidak menyampaikan skala masalah yang sebenarnya.
Bunuh diri, katanya, masih belum dibicarakan secara terbuka di perusahaan karena dinggap tabu. Ada rasa malu dan stigma yang melekat dan banyak keluarga mencoba menyembunyikannya.
Di pedesaan India, tidak ada persyaratan untuk otopsi untuk membuktikan kalau kematian disebabkan oleh aksi bunuh diri atau tidak. Akibatnya polisi tidak punya data entry yang tidak bisa diverifikasi.
Pada saat India sedang mengembangkan strategi pencegahan bunuh diri nasional, Pathare menyebut, prioritas harus memperbaiki kualitas data.
"Jika Anda melihat jumlah percobaan bunuh diri di India maka angka itu sangat rendah dan terkesan aneh. Di mana pun di dunia angka itu umumnya empat sampai 20 kali [jumlah] bunuh diri yang sebenarnya. Jadi, jika India mencatat 150.000 bunuh diri tahun lalu, percobaan bunuh diri itu bunuh diri akan berkisar antara 600.000 dan enam juta."
Angka itu menunjukkan bahwa populasi yang berisiko bunuh diri tersebut harus ditargetkan untuk intervensi agar pencegahan bunuh diri bisa dilakukan apa pun alasannya. Akan tetapi kami kesulitan oleh data yang buruk, katanya.
Data yang tidak akurat juga akan berdampak buruk pada pencegahan upaya bunuh diri di dunia. Target PBB, misalnya, adalah mengurangi angka bunuh diri secara global hingga sepertiga pada tahun 2030.
Faktanya, pada tahun lalu angkanya justru meningkat sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kalau demikian halnya, mengurangi jumlah ibu rumah tangga yang bunuh diri sepertinya menjadi impian di India.