Bisnis.com, JAKARTA - Metode transplantasi ginjal menjadi solusi bagi orang yang mengalami gagal ginjal dan bisa meningkatkan angka harapan hidup.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, lebih dari 134 ribu pasien menjalani prosedur hemodialisis atau cuci darah sepanjang tahun 2024, dengan total anggaran yang melampaui Rp11 triliun.
Situasi ini menjadi perhatian serius pemerintah, mengingat lonjakan kasus gagal ginjal tidak hanya membebani pasien dan keluarganya, tetapi juga menambah beban pembiayaan negara. Melihat kondisi ini, transplantasi ginjal dipandang sebagai salah satu alternatif yang berpotensi meningkatkan kualitas hidup para penderita penyakit ginjal.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSU Bunda Jakarta Maruhum Bonar Hasiholan Marbun mengatakan bahwa selain memberi harapan baru untuk hidup yang lebih berkualitas, transplantasi juga diharapkan dapat meminimalisir perawatan jangka panjang yang harus ditanggung pasien dan keluarga.
“Dalam satu tahun ini, RSU Bunda Jakarta telah melaksanakan 6 prosedur transplantasi ginjal dengan tingkat keberhasilan 100%,” lanjutnya ujar dalam diskusi media bertajuk Penyakit Ginjal Jadi Prioritas Nasional, RS Bunda Group Dorong Transplantasi Jadi Layanan Unggulan di Menteng, Jakarta, (1/7/2025).
Transplantasi ginjal adalah prosedur pembedahan untuk menempatkan ginjal yang sehat dari donor yang masih hidup atau yang telah meninggal ke dalam tubuh seseorang yang ginjalnya tidak lagi berfungsi dengan baik.
Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Dokter Spesialis Urologi Konsultan Uro-onkologi di RSU Bunda Jakarta, menjelaskan bahwa terdapat dua jenis donor dalam prosedur transplantasi ginjal. “Donor adalah orang yang sehat dan bersedia mendonorkan ginjalnya,” ujarnya.
Jenis donor tersebut terdiri dari donor hidup, yakni individu sehat yang secara sukarela mendonorkan ginjalnya, dan donor jenazah, yaitu ginjal yang diambil dari pendonor yang telah meninggal dunia.
Pasien seperti apa yang bisa Transplantasi Ginjal ?
“Semua pasien yang sudah memasuki kondisi gagal ginjal kronik tahap akhir, bukan gagal ginjal akut,” jelas Dokter Bonar.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pasien yang masih menjalani dialisis atau cuci darah memiliki kondisi berbeda dengan pasien yang dipersiapkan untuk transplantasi (resipien). Pasien gagal ginjal tahap akhir sudah menjadi kandidat untuk transplantasi, tanpa memandang berapa lama mereka telah menderita penyakit ginjal.
Pasien yang paling ideal adalah mereka yang baru mulai menjalani dialisis, atau bahkan lebih baik lagi, pasien yang sudah didiagnosis gagal ginjal kronik tahap akhir tetapi belum menjalani dialisis.
Transplantasi ginjal adalah prosedur kompleks yang menuntut kecocokan biologis serta kesiapan psikologis antara donor dan resipien. Untuk menjawab tantangan tersebut, RSU Bunda Jakarta menjalankan pelaksanaan transplantasi dengan komitmen kuat dan pendekatan yang menyeluruh.
Dalam upaya menghadirkan layanan transplantasi ginjal yang holistik dan komprehensif, RSU Bunda Jakarta juga didukung oleh tim medis berpengalaman yang terdiri dari dokter spesialis nefrologi, urologi, anestesi, radiologi, serta perawat yang telah mengikuti pelatihan khusus untuk transplantasi ginjal. (Muhamad Ichsan Febrian)