Bisnis.com, JAKARTA - Tidak sedikit kejadian atlet pingsan saat bertanding atau bahkan saat latihan.
Kondisi mereka beberapa bisa stabil, tapi ada juga yang tidak terselamatkan atau akhirnya meninggal dunia.
Kejadian teranyar adalah gelandang Denmark Christian Eriksen yang pingsan saat laga Denmark vs Finlandia semalam.
Lantas, apa sih penyebab atlet yang notabenenya memiliki stamina bagus karena rajin olah raga dan menjaga pola makan dan gaya hidup bisa kolaps?
Menurut ahli jantung John Hayes, M.D.Ahli jantung AS, seperti dilansir dari marshfieldclinic.org salah satu peristiwa paling tak terduga dan tragis yang terjadi selama kompetisi atletik adalah serangan jantung mendadak, yang menyebabkan seorang atlet muda pingsan tanpa peringatan.
Serangan jantung mendadak jarang terjadi, diperkirakan mempengaruhi satu dari 200.000 atlet sekolah menengah per tahun.
Henti jantung ini dapat terjadi karena trauma atau heat stroke, tetapi sebagian besar kasus terjadi karena penyakit kardiovaskular yang mendasarinya.
"Dengan tuntutan aktivitas fisik yang intens, penyakit ini membuat jantung rentan untuk mengembangkan ritme yang cepat dan kacau yang disebut fibrilasi ventrikel," paparnya.
Irama jantung dapat dikembalikan ke normal dan nyawa atlet dapat diselamatkan hanya jika dapat dikenali dengan cepat dan dilakukan defibrilasi eksternal.
Banyak kondisi yang menempatkan atlet pada risiko dapat diidentifikasi melalui penyaringan yang cermat pada pra-partisipasi olahraga fisik dan, jika perlu, pengujian diagnostik lebih lanjut.
Gejala peringatan mungkin termasuk:
1. Nyeri dada saat beraktivitas
2. Sesak napas
3. Kepala ringan
4. Berasa hendak pingsan
5. Sensasi detak jantung yang cepat (palpitasi)
Setiap calon atlet dengan gejala ini memerlukan penilaian dan pengujian lebih lanjut.
Kami mencari penyakit jantung tertentu yang spesifik; jika mereka diidentifikasi, siswa tidak boleh berpartisipasi dalam atletik kompetitif.
Banyak dari kondisi ini bersifat turun temurun, sehingga orang tua harus mewaspadai riwayat keluarga mereka mengenai penyakit jantung, terutama jika ada kerabat yang meninggal mendadak dan di usia muda.
Ketika seorang atlet jatuh, itu jelas membutuhkan perhatian segera.
Resusitasi jantung-paru (RJP) harus dimulai tanpa penundaan dan defibrilator eksternal otomatis (AED) diterapkan sesegera mungkin.
Karena itu, penting menyediakan alat medis darurat di semua kegiatan olah raga atletik hanya untuk keadaan darurat seperti itu.
Mengaktifkan sistem tanggap juga penting, tetapi waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk tiba mungkin terlalu lama.
"Meski serangan jantung mendadak jarang terjadi, kita harus siap menghadapinya. Melihat seorang anak muda selamat dari tragedi potensial ini adalah salah satu peristiwa paling heroik yang terjadi dalam olahraga atau kedokteran," tutupnya.