Bisnis.com, JAKARTA - Travel warning, restriction, dan lainnya ke jazirah Arab, terkait dengan merebaknya kasus Middle East Refspiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV), sekarang masih belum perlu dilakukan.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, mengatakan ada 3 hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. WHO sudah dua kali mengirim tim ke Saudi Arabia. Tim ke dua sengaja dikirim karena ada peningkatan jumlah kasus di sana.
Tim ini baru saja menyelesaikan laporannya beberapa hari lalu, yang isinya antara lain, bukti (yang ada sampai saat ini ) menunjukkan bahwa peningkatan kasus tidak berhubungan dengan peningkatan kemampuan transmisi virus.
Selain itu peningkatan kasus, mungkin disebabkan karena peningkatan kasus primer (yang juga mungkin dipengaruhi oleh pola musiman), yang diikuti oleh beberapa outbreak di rumah sakit, disertai dengan kurangnya ketaatan terhadap penerapan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Tidak ada bukti transmisi luas di masyarakat (pola transmisi tidak berubah).
Berdasarkan situasi terkini dan informasi yang ada, kata Tjandra, WHO menganjurkan untuk meneruskan surveilans infeksi saluran pernafasan akut berat (SARI).
'WHO tidak merekomendasikan skrining khusus di pintu masuk negara, dan tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan dan perdagangan, termasuk perjalanan haji dan umrah, ke Arab Saudi," katanya dalam surat ekekroniknya Sabtu (10/5/14) malam ini.
2. Saat ini sudah 15 negara di dunia yang sudah ada kasus di negaranya masing-masing, dan sebagian pasiennya cukup banyak. "Tidak ada satupun dari negara itu yang mengeluarkan travel warning," tambahnya.
3. WHO sudah menunjuk 15 pakar di dunia (salah satunya Tjandra sendiri), yang tergabung dalam WHO Emergency Commitee, yang secara rutin berkumpul untuk mengkaji dan membuat rekomendasi tentang MERS- CoV.
"Sehubungan dengan perkembangan yang ada, maka Committee ini akan segera bertemu kembali (dalam bentuk tele conference), dan akan mengkaji secara amat ilmiah situasi yang ada, serta memberi rekomendasi ke Dirjen WHO untuk langkah selanjutnya," ungkap Tjandra.