Manfaat whey protein bagi tubuh/Alodokter
Health

Bahaya Konsumsi Protein Powder yang Jarang Diketahui

Redaksi
Rabu, 30 Juli 2025 - 16:44
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Bubuk protein atau protein powder tengah menjadi tren di kalangan mereka yang rutin berolahraga, sedang menjalani program diet, atau ingin memenuhi kebutuhan protein harian.

Banyak orang yang mengklaim bahwa menambahkan bubuk protein ke dalam segelas susu atau smoothie sering kali dianggap sebagai cara praktis untuk menunjang kesehatan.

Bubuk protein adalah bentuk protein yang telah dikeringkan dan biasanya berasal dari tumbuhan (seperti kedelai, kacang polong, beras, kentang, atau hemp), telur, atau susu (seperti kasein atau whey protein). Dalam produk bubuk protein, sering kali ditambahkan bahan lain seperti gula tambahan, perasa buatan, pengental, serta vitamin dan mineral.

Dilansir dari Clean Label Project, Rabu (30/07/2025), meski praktis dan populer, konsumsi bubuk protein ternyata menyimpan risiko kesehatan. Temuan dari Clean Label Project mengungkap bahwa banyak produk bubuk protein mengandung zat berbahaya seperti logam berat (timbal, arsenik, kadmium, merkuri), BPA, pestisida, dan kontaminan lain yang berkaitan dengan kanker serta gangguan kesehatan serius lainnya.

“Logam berat seperti ini bisa berdampak buruk pada kesehatan, terutama bagi remaja yang masih dalam masa pertumbuhan,” ujar Dr. Daniel Ganjian, dokter anak di Providence Saint John’s Health Center, California.

Meski tidak semua bubuk protein mengandung zat berbahaya, sangat penting untuk memilih produk dengan cermat serta memeriksa hasil uji dari sumber terpercaya. 

Apa yang Perlu Diketahui tentang Kandungan Timbal dan Kadmium dalam Bubuk Protein?

Laporan terbaru menemukan bahwa hampir separuh (47%) produk bubuk protein yang diuji mengandung kadar timbal dan kadmium yang melebihi batas. Batasan ini diberlakukan untuk melindungi kualitas air minum dan memberi peringatan kepada konsumen tentang bahan kimia yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, termasuk gangguan reproduksi dan cacat lahir.

Kadmium diklasifikasikan sebagai karsinogen (pemicu kanker), sementara tidak ada kadar timbal yang dianggap aman bagi manusia. Oleh karena itu, banyak produk makanan, mulai dari camilan hingga kemasan saus apel, juga diberi peringatan karena mengandung timbal.

Meskipun label “organik” sering dianggap lebih sehat, bubuk protein organik justru ditemukan mengandung tiga kali lebih banyak timbal dan dua kali lebih banyak kadmium dibanding produk non-organik.

Bubuk protein berbahan dasar tumbuhan seperti kedelai dan kacang polong juga mengandung tiga kali lipat kadar timbal dibanding produk berbasis whey (susu). Sedangkan bubuk protein rasa cokelat memiliki kandungan timbal empat kali lipat dan kadmium 110 kali lebih banyak dibanding varian vanila.

Temuan ini menambah kekhawatiran sebelumnya terkait bubuk protein rasa cokelat. Meski cokelat hitam dikenal lebih bergizi karena kandungan flavonoid yang bersifat antioksidan dan antiinflamasi, studi Juli 2024 menunjukkan hampir setengah (43%) produk cokelat hitam mengandung kadar timbal melebihi batas aman menurut California’s Proposition 65 (0,5 bagian per juta).

Kekhawatiran mengenai kandungan logam berat seperti timbal dan kadmium lebih sering ditemukan pada bubuk protein berbahan dasar tumbuhan. Logam berat ini biasanya berasal dari tanah tempat tanaman tumbuh dan dapat terkonsentrasi dalam produk akhir. Paparan logam berat pada anak-anak dapat memengaruhi perkembangan mereka secara negatif. Sebuah studi tahun 2023 bahkan mengaitkan paparan logam berat dengan perilaku agresif pada remaja.

Selain risiko logam berat, bubuk protein juga memiliki masalah lain. Karena bubuk protein tidak diatur secara ketat, ada kemungkinan kandungan bahan dalam produk tidak sepenuhnya tercantum pada labelnya. Selain itu, beberapa bubuk protein mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang kurang baik bagi kesehatan.

Apa yang Sebaiknya Dilakukan?

Dalam beberapa kondisi tertentu, bubuk protein tanpa bahan kimia tambahan bisa membantu, tetapi hanya jika digunakan di bawah pengawasan medis.

Kondisi tersebut meliputi:

- Kesulitan makan atau nafsu makan menurun akibat pengobatan kanker atau kondisi fisik yang lemah pada usia lanjut.

- Luka operasi atau tekanan yang sulit sembuh, karena tubuh membutuhkan protein untuk memperbaiki dan mengganti sel.

- Kondisi serius yang memerlukan asupan kalori dan protein ekstra untuk proses pemulihan, seperti luka bakar.

Selain itu, sebaiknya penuhi kebutuhan protein dari sumber makanan utuh seperti kacang-kacangan, biji-bijian, produk susu rendah lemak (yogurt, susu, keju), legum (kacang, lentil), ikan, unggas, telur, dan daging tanpa lemak. Banyak cara alami untuk mendapatkan protein tanpa harus bergantung pada bubuk protein. (Muhamad Ichsan Febrian)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro