Traveler asal Brasil, Juliana Marins meninggal dunia saat mendaki Gunung Rinjani/istimewa
Travel

Dokter Forensik Brasil, Rilis Penyebab Kematian Juliana Marins

Novita Sari Simamora
Rabu, 9 Juli 2025 - 19:56
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Tim Kedokteran Forensik Brasil telah merilis hasil otopsi penyebab kematian pendaki Gunung Rinjani, Juliana Marins yakni karena adanya benturan keras saat terjatuh.

Dikutip dari situs TV Globo, Rabu (9/7/2025), hasil otopsi dari jenazah Juliana Marins, 26 tahun, menunjukkan bahwa penyebab langsung kematiannya adalah pendarahan internal akibat cedera parah pada organ vital. Pendarahan terjadi karena benturan keras seperti yang dialaminya saat terjatuh di jalur gunung berapi di Indonesia.

Polisi Sipil Rio de Janeiro menyimpulkan bahwa Juliana Marins meninggal karena banyak luka. Luka trauma ada di area tengkorak, dada, perut, panggul, anggota badan, dan tulang belakang. Para ahli memperkirakan dia hanya hidup sekitar 10 menit hingga 15 menit setelah terjatuh.

Media Brasil menyebutkan bahwa benturan keras yang terjadi pada Juliana Marins membuat pendaki ini tidak akan mempunyai kesempatan untuk bergerak. 

Hasil otopsi ini dari tim forensik Brasil, sama dengan yang dilakukan oleh tim forensik di Indonesia. Adapun hasilnya otopsi Juliana Marins ini pertama kali dirilis di Bali, Indonesia 27 Juni 2025.

Otopsi yang dilakukan oleh tim forensik Brasil menyebutkan kemungkinan bahwa Juliana telah mengalami penderitaan fisik dan mental sebelum kematiannya.

Dia juga mengalami interval stres intens dan kegagalan organisme progresif digambarkan sebagai “periode agonal” dalam dokumen teknis. Periode agonal adalah peristiwa yang dialami tubuh, sesaat sebelum kematian, terutama dari sisi pernapasan dan sirkulasi.

Juliana tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi, kelelahan ekstrem, atau penyalahgunaan zat. Menurut para ahli, wanita muda itu mungkin juga terpengaruh oleh faktor lingkungan, seperti stres, isolasi, dan kondisi jalan setapak yang mungkin menyebabkan disorientasi.

Hasil otopsi Juliana Marins di Bali, Indonesia

Hasil pemeriksaan jenazah Juliana pada 27 Juni 2025 menyebutkan, penyebab meninggalnya karena benturan trauma tumpul di bagian dada, patah tulang, dan organ vital lainnya. 

Pakar forensik Ida Bagus Alit menyebutkan bahwa Juliana mengalami pendarahan dan kerusakan organ dalam akibat luka-luka yang serius yakni patah tulang di dada, bahu, tulang belakang dan paha, goresan dan lecet.

Ahli forensik Indonesia menjelaskan kepada pers negara itu bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa wanita Brasil itu meninggal lama setelah luka-lukanya.

Terjadi cedera kepala, tetapi tidak ada tanda-tanda herniasi otak. Herniasi otak biasanya terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah trauma. Demikian pula, terjadi pendarahan hebat di dada dan perut, tetapi tidak ada organ yang menunjukkan tanda-tanda retraksi yang mengindikasikan pendarahan lambat. Ini menunjukkan bahwa kematian terjadi segera setelah cedera."

Berdasarkan hasil otopsi Juliana Marins, dokter spesialis di Indonesia memperkirakan ia meninggal sekitar 20 menit setelah menderita luka-luka.

Sebagai informasi, Juliana Marins berprofesi sebagai penari dan melakukan backpacking ke negara-negara Asia termasuk Indonesia. Pada 21 Juni, saat mendaki Gunung Rinjani di Indonesia, dia terjatuh dari ketinggian sekitar 300 meter dan ternyata terus terperosok hingga ke dalaman 650 meter.

Gunung Rinjani adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, setelah Gunung Kerinci di Jambi. Operasi evakuasi Juliana Marins sempat terhadap cuaca dan curamnya tebing, lokasi jatuh pendaki.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro