Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan di China menyuarakan peringatan "mendesak" setelah menemukan setidaknya 20 virus yang belum pernah terlihat sebelumnya pada kelelawar yang hidup di kebun buah dekat populasi manusia.
Mereka khawatir akan risiko kontaminasi pada sumber makanan dan potensi virus-virus ini bisa menular ke manusia atau ternak.
Menurut para ilmuwan yang temuannya baru-baru ini dipublikasikan di jurnal PLOS Pathogens, mereka mengidentifikasi 22 spesies virus, termasuk 20 virus baru, dan dua di antaranya merupakan henipavirus yang baru ditemukan dan berkerabat dekat dengan virus Hendra dan Nipah yang sangat menular.
Dilansir Science Daily, di masa lalu, baik virus Nipah maupun Hendra telah menyebabkan wabah mematikan pada manusia. Virus-virus ini dapat mengakibatkan peradangan otak yang parah dan penyakit pernapasan.
Para ilmuwan menegaskan telah mengidentifikasi dua henipavirus baru yang berkelompok dalam klade genus ini yang berasosiasi dengan kelelawar, termasuk garis keturunan yang mengandung virus Hendra dan Nipah.
Virus Nipah (NiV) adalah patogen mematikan yang menyebabkan penyakit parah pada manusia, termasuk gangguan pernapasan akut dan ensefalitis, dengan tingkat kematian 35–75%.
Baca Juga Ilmuwan Temukan Virus Baru di China |
---|
Demikian pula, virus Hendra (HeV) yang telah menyebabkan banyak wabah fatal pada manusia dan kuda, termasuk kematian dokter hewan.
Virus ini secara alami diinangi oleh kelelawar buah (spesies Pteropus) dan biasanya ditularkan ke manusia melalui urin atau air liur kelelawar, sering kali melalui kontaminasi sumber makanan.
"Virus tersebut ditemukan di ginjal kelelawar yang menghuni kebun buah di dekat desa," tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut.
Mereka juga menemukan parasit protozoa baru, yang diberi nama sementara Klossiella yunnanensis, dan spesies bakteri yang baru ditemukan, Flavobacterium yunnanensis.
Profesor virologi molekuler Vinod Balasubramaniam dari Universitas Monash Australia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada Science Media Centre, bahwa virus-virus ini sangat mengkhawatirkan karena sebagian besar ditemukan di ginjal kelelawar, tempat yang terkait dengan produksi urin, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang potensi paparan manusia melalui buah atau air yang terkontaminasi.
Namun, rekan penulis studi, Edward Holmes, seorang virologi di Universitas Sydney di Australia, mengatakan bahwa Virus-virus yang baru ditemukan ini belum ditemukan pada manusia, dan saat ini tidak ada bukti bahwa virus tersebut akan menginfeksi atau muncul pada manusia.
"Secara teori, virus ini dapat menimbulkan ancaman, tetapi karena tidak ada kasus pada manusia, jadi tidak perlu khawatir."