3. Fasilitasi Cara Berpikir Anak
Ketidakpastian terhadap konsep sains atau STEM justru dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi dan mempertimbangkan berbagai ide. Salah satu pendekatan yang disebut playful uncertainties adalah ketika orang tua atau pengasuh berpura-pura tidak tahu jawaban atas pertanyaan anak, meskipun sebenarnya tahu.
Misalnya, saat anak bertanya, “Bagaimana cara mengukur jarak antara Jakarta dan Surabaya di peta ini?” Anda bisa menjawab, “Hmm, Ibu juga nggak tahu. Menurutmu bagaimana caranya?”
Dengan cara ini, anak didorong untuk berpikir dan mengemukakan idenya terlebih dahulu, sebelum orang tua membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih tepat.
4. Menerapkan Sains di Kehidupan Sehari-hari
Ubah kegiatan sederhana, seperti memasak atau berdiskusi soal keuangan, menjadi momen belajar. Anda bisa mengajak anak untuk mengukur waktu perjalanan ke sekolah, menghitung berat benda, sampai belajar literasi keuangan dengan mengamati cara orang tua mengatur uang dan tagihan.
Sejak usia dini, anak-anak memiliki kemampuan dan kecenderungan alami untuk mengamati, mengeksplorasi, dan menemukan hal-hal baru di sekeliling mereka.
Lebih lanjut, Penelitian NRC Jepang menunjukkan bahwa anak usia dini mampu memahami konsep dasar sains dan melakukan penalaran ilmiah. Namun, banyak orang dewasa meremehkan kemampuan ini, sehingga anak-anak tidak mendapat kesempatan dan pengalaman yang mendukung perkembangan keterampilan sains merek
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan dukungan dan kesempatan yang tepat agar potensi alami anak dalam sains dapat berkembang secara optimal sejak dini. (Muhamad Ichsan Febrian)