Bisnis.com, JAKARTA - Orang-orang tampak sukses secara akademis, aktif dalam berbagai kegiatan, dan selalu tampil percaya diri. Namun, di balik ketenangan yang mereka perlihatkan, sering kali tersembunyi tekanan mental dan emosional yang luar biasa. Fenomena ini dikenal dengan istilah duck syndrome.
Apa Itu Duck Syndrome?
Dilansir deri medicaldaily.com pada Rabu (30/4/2025), duck syndrome adalah istilah populer yang menggambarkan kondisi seseorang yang terlihat tenang di permukaan, tetapi sebenarnya sedang berjuang keras secara mental dan emosional di bawah permukaan.
Istilah ini berasal dari gambaran seekor bebek yang terlihat meluncur mulus di atas permukaan air, tetapi sebenarnya sedang mengayuh kakinya dengan cepat di bawah air untuk tetap bergerak.
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh mahasiswa Stanford University, yang menggunakan metafora tersebut untuk menjelaskan tekanan yang mereka rasakan dalam menjaga citra “sempurna” di tengah tuntutan akademis dan sosial yang tinggi.
Meskipun bukan kondisi medis resmi yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), duck syndrome banyak digunakan dalam diskusi terkait kesehatan mental, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Ciri-ciri Duck Syndrome
Dilansir dari medicalnewstoday.com, duck syndrome dapat dikenali melalui sejumlah ciri berikut.
1. Tampak baik-baik saja di luar
Individu yang mengalami Duck Syndrome biasanya tetap menjalankan aktivitasnya dengan normal. Mereka sering kali terlihat ceria, produktif, dan aktif berinteraksi secara sosial.
2. Merasa tertekan secara internal
Di balik penampilan luar yang tenang, mereka menyimpan tekanan, kecemasan, dan kelelahan emosional yang dalam. Mereka merasa harus terus tampil sempurna dan takut menunjukkan kelemahan.
3. Perfeksionisme berlebihan
Mereka cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri dan merasa gagal bila tidak bisa mencapainya, meskipun bagi orang lain pencapaian mereka sudah luar biasa.
4. Kesulitan meminta bantuan
Orang dengan Duck Syndrome sering kali enggan mengungkapkan kesulitannya karena takut dianggap lemah atau tidak mampu.
5. Kecenderungan mengalami kelelahan mental dan fisik
Karena terus-menerus berusaha terlihat baik di luar sambil bergumul dengan tekanan di dalam, individu tersebut rentan terhadap stres kronis, kecemasan, bahkan depresi.
