Bisnis.com, JAKARTA - Masalah kesehatan mental kini tidak bisa dianggap sepele, karena banyak kasus bunuh diri yang disebabkan karena masalah gangguan mental.
Dilansir dari laman kemenkes, meski tidak menyebabkan kematian secara langsung, gangguan mental tetap berdampak buruk bagi kesehatan, serta mengakibatkan penderitaan berkepanjangan, baik kepada penderitanya, keluarga maupun orang di sekitarnya.
Ada banyak jenis gangguan mental yang perlu diketahui, dan kadang tidak disadari mungkin saja Anda mengalaminya.
Berikut adalah jenis-jenis gangguan mental yang umum terjadi di sekitar kita.
1. Depresi
Gangguan kesehatan mental yang menyebabkan seseorang merasa sedih berkepanjangan, dan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan. Kondisi ini bisa berlangsung lama, mulai dari berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Sayangnya, depresi seringkali terabaikan karena dianggap sebagai gejala stres biasa. Padahal deteksi dini gejala depresi dapat membuka jalan untuk penanganan dan dukungan yang dibutuhkan.
Kenali gejala-gejala depresi, antara lain:
- Sedih dan murung
- Kehilangan semangat dan energi.
- Hilang nafsu makan.
- Sulit tidur atau sebaliknya tidur berlebihan.
- Merasa pesimis dan tidak berguna.
- Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan.
- Gelisah dan tidak tenang.
- Merasa bersalah dan putus asa
- Memiliki pikiran menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
- Gangguan fisik, seperti nyeri punggung dan sakit kepala.
2. Gangguan Kecemasan
Merasa cemas sebenarnya merupakan suatu hal yang wajar, seperti saat akan melakukan wawancara pekerjaan, ujian di sekolah, atau mengambil keputusan penting. Namun, perasaan cemas ini akan menjadi gangguan kecemasan atau anxiety disorders ketika penderitanya merespon situasi atau hal-hal yang dialaminya dengan perasaan takut, cemas, dan khawatir yang berlebihan, bahkan tanpa alasan yang jelas.
Gangguan kecemasan ini bisa berlangsung cukup lama, sehingga berdampak pada kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderitanya.
Beberapa jenis gangguan kecemasan yang banyak terjadi antara lain:
Gangguan Kecemasan Umum (GAD): Jenis gangguan mental yang memicu perasaan cemas berlebihan, yang sulit dikendalikan dan berlarut-larut.
Gangguan Kecemasan Sosial (GAK): Kecemasan berlebihan saat berada dalam situasi sosial dan keramaian, dimana penderitanya akan merasa khawatir akan dihakimi, diejek, atau merasa malu berada di hadapan orang lain.
Fobia: Rasa takut dan cemas berlebihan yang dipicu oleh hal-hal, seperti tempat yang tertutup (agoraphobia), atau kejadian yang pernah dialami.
Panic Disorder: Serangan panik yang terjadi tiba-tiba tanpa tanda-tanda sebelumnya. dan bisa terjadi berkali-kali.
Gejala Psikologis
- Rasa gelisah, tegang dan sulit tenang.
- Sulit berkonsentrasi atau merasa mudah terganggu.
- Mengalami gangguan tidur.
- Gejala Fisik
- Sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan.
- Merasa lelah berlebihan.
- Napas tersengal-sengal atau sesak napas.
- Mual.
- Otot tegang atau tremor.
- Keringat dingin
- Jantung berdebar-debar
3. Gangguan Bipolar
Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan ekstrim pada suasana hati, dari merasa sangat gembira kemudian berubah menjadi sangat sedih secara drastis.
Perubahan suasana hati yang drastis ini dapat mempengaruhi tingkat energi, perilaku dan kemampuan berpikir penderitanya dalam waktu cukup lama, sehingga mengganggu kemampuan penderitanya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Secara umum, gejala bipolar dapat dibagi ke dalam 2 fase, yaitu fase mania dan fase depresi sebagai berikut:
Fase Mania: ciri utama gangguan bipolar I, dimana penderitanya akan mengalami episode suasana hati yang sangat bersemangat dan senang, tapi juga sensitif dan mudah tersinggung.
Fase Depresi : Pada fase ini penderita bipolar akan mengalami gejala-gejala seperti yang dirasakan oleh penderita depresi, yaitu lelah, merasa hampa dan sangat sedih, kehilangan nafsu makan dan tidak berminat melakukan aktivitas sehari-hari, serta merasa tidak berharga dan putus asa.
Selain kedua fase ini, penderita bipolar kadang mengalami kondisi suasana hati normal, yang dikenal sebagai euthymia.
4. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikosis yang dapat mengacaukan pikiran, ingatan dan perilaku, sehingga penderita sulit membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri. Orang yang menderita skizofrenia akan mengalami gejala-gejala berikut ini:
Delusi: Keyakinan yang salah, contohnya merasa ada orang lain yang mengendalikan pikiran dan perbuatan kita. Walaupun banyak bukti keyakinan itu salah, penderitanya tetap tidak percaya.
Halusinasi: Merasa melihat, mendengar, atau menyentuh hal-hal yang tidak dirasakan oleh orang lain, seperti bisikan, suara-suara, dan lain sebagainya.
Ketidakmampuan berbicara secara koheren: Misalnya, berbicara kacau dan sulit dimengerti orang lain.
Kehilangan motivasi: Penderita tidak bersemangat melakukan aktivitas yang biasa diminati dan berhubungan dengan orang lain.
Curiga berlebihan dan paranoid: Hal ini mengakibatkan penderita tidak peduli dengan sekitarnya.
Kumal dan kotor: Penderita tidak mempedulikan kebersihan dan penampilan dirinya.
5. Gangguan Makan
Gangguan makan atau eating disorders adalah perilaku terhadap pola makan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, baik pada fisik maupun emosi. Gangguan makan yang berlangsung terus menerus dalam waktu lama dapat menghambat tubuh untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, serta merusak organ tubuh seperti jantung, tulang, sistem pencernaan, hingga membahayakan jiwa.
Tiga jenis gangguan makan yang paling umum terjadi adalah:
Anoreksia: Anoreksia nervosa adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya makan lebih sedikit daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, karena penderitanya terobsesi untuk kurus dan menurunkan berat badan terus menerus.
Bulimia: Penderita bulimia nervosa memiliki kecenderungan makan dalam porsi banyak dengan frekuensi lebih sering.
Binge Eating Disorder (BED): Gangguan ini terjadi ketika seseorang kehilangan kendali atas pola makannya, sehingga cenderung untuk makan lebih cepat dan banyak, bahkan saat tidak merasa lapar dan sudah kenyang.
6. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
Obsessive compulsive disorder (OCD) merupakan gangguan mental yang menyebabkan penderitanya melakukan suatu hal tertentu secara berulang-ulang untuk mengurangi kecemasan dalam pikirannya. Misalnya, mencuci tangan berkali-kali karena takut terserang penyakit, atau mengecek kunci pintu berkali-kali.
Penderita OCD biasanya sadar bahwa dorongan obsesif tersebut bermasalah, namun tidak bisa melawannya. Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita OCD antara lain faktor genetik, perubahan senyawa kimia pada otak, serta faktor lingkungan di sekitar penderita.
7. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Gangguan stres pasca trauma atau PTSD (post traumatic stress disorder) merupakan gangguan mental, yang dipicu oleh pengalaman atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan bahkan mengancam jiwa, sehingga menimbulkan trauma.
Peristiwa atau kejadian traumatis yang bisa memicu gejala PTSD antara lain kecelakaan, kekerasan fisik dan perundungan, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau penyakit yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.
Gejala-gejala PTSD bisa dirasakan dalam jangka waktu pendek yaitu satu bulan setelah peristiwanya, yang dikenal sebagai acute stress disorder, atau lebih dari satu bulan hingga seumur hidup, yaitu complex PTSD (CPTSD).