Bisnis.com, JAKARTA — Stroke menjadi beban global yang membutuhkan solusi inovatif mengingat kondisi medis tersebut sudah menjadi salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia.
Stroke adalah kondisi medis darurat yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu atau terhenti, sehingga menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak. Jika tidak segera ditangani, stroke dapat menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian.
Data terbaru dari World Stroke Organization menunjukkan bahwa ada 12 juta kasus serangan stroke setiap tahunnya di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 7 juta kematian akibat stroke setiap tahunnya atau setara dengan 25.000 kecelakaan pesawat setiap tahunnya.
Bo Norrving, Senior Professor Neurology di Lund University, Swedia menyatakan stroke tidak hanya menjadi permasalahan medis, tetapi juga sudah menimbulkan dampak besar pada keluarga, masyarakat, dan ekonomi global.
“Stroke bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga menjadi isu politik yang harus mendapat perhatian lebih,” ujarnya kepada sejumlah wartawan dari sejumlah negara, termasuk Bisnis.com, di Philips Innovation Campuss, Eindhoven, Belanda, akhir Januari lalu.
Statistik terbaru dari Global Stroke Fact Sheet 2025 mencatat bahwa 53% kasus stroke terjadi pada individu di bawah usia 70 tahun, menjadikannya sebagai penyebab utama disabilitas pada kelompok usia produktif.
Kondisi ini pun kemudian menimbulkan beban besar bagi perekonomian global, dengan biaya perawatan stroke diproyeksikan meningkat drastis pada 2050 menjadi US$838,4 miliar, dari US$336,4 miliar pada 2017 jika tidak ada upaya pencegahan yang efektif. Ini dari sisi ongkos beban biaya yang terkait langsung dengan perawatan stroke.
Selain dampak dari sisi pengobatan, ada beban di luar biaya pengobatan, di mana pasien kehilangan pekerjaan dan dapatberdampak pada keluarga pasien. Proyeksi beban biaya ini nilainya mencapai US$757 miliar pada 2050, dari US$575,7 miliar pada 2017.
Pencegahan Stroke: Solusi yang Efektif dan Murah
Salah satu fakta penting yang diungkapkan Norrving dalam presentasinya adalah bahwa 80% kasus stroke sebenarnya dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko.
Dia menyebutkan 10 faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap stroke, dengan hipertensi sebagai penyebab utama di semua wilayah dunia. Laporan WHO Global Hypertension 2023 mencatat bahwa banyak kasus hipertensi yang tidak terdeteksi dan tidak terkontrol, yang berkontribusi pada tingginya angka kejadian stroke.
Dengan demikian, investasi dalam pencegahan stroke terbukti sangat menguntungkan karena setiap US$1 yang diinvestasikan dalam pencegahan dapat memberikan pengembalian ekonomi sebesar US$10. Sayangnya, pencegahan stroke di seluruh dunia masih jauh dari memadai.
Data dari Swedia menunjukkan bahwa jumlah kasus stroke telah berkurang hingga 50% dalam dua dekade terakhir, berkat strategi pencegahan yang efektif. Namun, kemajuan global dalam pencegahan stroke sejatinya masih berjalan lambat dan terjadi kesenjangan besar antarnegara, tak terkecuali di Asia.
Chief Medical Officer Diagnosis & Treatment Philips Atul Gupta pun berharap negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, dapat memperkuat infrastruktur kesehatan, meningkatkan kapasitas tenaga medis, serta yang paling penting peningkatan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap ancaman stroke.
“Dengan langkah-langkah strategis, Indonesia dapat menurunkan angka kematian akibat stroke dan meningkatkan kualitas hidup pasien, sejalan dengan perkembangan global dalam perawatan stroke yang lebih cepat dan efisien,” ungkapnya.
Terkait soal kesadaran masyarakat, Gupta juga kembali mengingatkan pentingnya mengenali gejala stroke dengan cepat melalui dengan metode FAST.
Akronim FAST merupakan kependekan dari F (Face Drooping), di mana wajah pasien terlihat miring atau sulit tersenyum. Lalu A (Arm Weakness), yaitu salah satu tangan lemah atau sulit diangkat dan selanjutnya S (Speech Difficulty), di mana pasien dengan gejala stroke bicara tidak jelas atau sulit berbicara. Terakhir, T (Time to Call) adalah segera hubungi layanan darurat jika menemukan gejala stroke.
Revolusi dalam Terapi Stroke, Harapan Baru bagi Pasien
Lebih jauh, dalam beberapa dekade terakhir, terjadi revolusi besar dalam pengobatan stroke. Dua metode utama yang menjadi periode penting dalam terapi stroke, yaitu pertama Trombolisis Intravenous (IVT). Pengobatan ini harus diberikan dalam waktu kurang dari 4,5 jam setelah timbulnya gejala stroke dan sangat efektif untuk stroke iskemik berukuran kecil hingga sedang.
Metode kedua, yaitu Trombektomi Mekanis, yang digunakan untuk pasien dengan gumpalan darah besar. Terapi ini efektif bagi 10-20% pasien stroke iskemik dan telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa.
Sayangnya, Norrving menyebut akses terhadap perawatan stroke masih sangat terbatas. “Berdasarkan data dari Stroke Action Plan for Europe (SAP-E) pada 2022, hanya 14,3% pasien stroke iskemik di Eropa yang menerima IVT dan hanya 6,6% yang menjalani trombektomi mekanis,” katanya.
Selain itu, perbedaan akses terhadap perawatan stroke juga menjadi masalah besar. Hanya 11 negara di dunia yang menyediakan unit stroke untuk lebih dari 75% pasien stroke di rumah sakit. Padahal, unit stroke adalah elemen dasar dalam perawatan stroke yang telah terbukti menyelamatkan banyak pasien. Salah satu rumah sakit yang telah menggunakan teknologi terkini penanganan dan pengobatan stroke adalah rumah sakit Vall d’Hebron University di Barcelona, Spanyol.
Meski demikian, Wim van Zwam, Radiolog dari Universitas Maastricht Belanda menyatakan telah terjadi revolusi besar dalam penanganan stroke seiring dengan hadirnya terapi endovaskular atau Endovascular Treatment (EVT).
Dari Trombolisis ke EVT: Perubahan Paradigma dalam Perawatan Stroke
Dia menjelaskan sebelum 1995, perawatan stroke sangat terbatas. Metode utama adalah trombolisis intravena (IV thrombolytics), yang hanya efektif dalam 10% kasus dan harus diberikan dalam waktu kurang dari 4,5 jam sejak gejala muncul.
Sayangnya, metode ini kurang efektif dalam menangani stroke akibat oklusi pembuluh darah besar (Large Vessel Occlusion - LVO).
Namun, seiring waktu, sejak 2015, terapi trombektomi mekanis (EVT) menjadi standar penting dalam menangani stroke iskemik akut. EVT bekerja dengan cara mengangkat gumpalan darah dari pembuluh yang tersumbat, memungkinkan aliran darah kembali ke otak dengan lebih cepat.
Studi yang dipublikasikan di The Lancet menunjukkan bahwa EVT meningkatkan peluang pemulihan secara signifikan dengan Number Needed to Treat (NNT) hanya 2,6, jauh lebih baik dibandingkan metode sebelumnya.
Saat ini, kata Zwam, negara-negara maju seperti Belanda telah memiliki 48 pusat stroke primer dan 18 pusat intervensi EVT, dengan lebih dari 3.000 prosedur EVT dilakukan setiap tahunnya. “Tantangan terbesar adalah memastikan teknologi ini dapat diakses oleh lebih banyak pasien di seluruh dunia.
Dia menyebut EVT terbukti menjadi salah satu inovasi medis paling efektif dalam 20 tahun terakhir, dengan tingkat keberhasilan tinggi dan biaya yang lebih efisien. “Dengan peningkatan akses dan optimalisasi sistem perawatan, diharapkan semakin banyak pasien stroke yang bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup yang lebih sehat dan produktif,” ujarnya.
Transformasi dan Inovasi Philips dalam Perawatan Stroke
Adapun, Royal Philips atau Koninklijke Philips N.V (NYSE: PHG, AEX: PHIA), salah satu emiten global dalam teknologi dan alat kesehatan telah mengembangkan berbagai teknologi terkini untuk membantu dalam pencegahan, diagnosis, dan perawatan stroke.
Philips, misalnya mengembangkan diagnosis cepat dengan pencitraan berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan Smart Workflow, yang memungkinkan pemeriksaan CT scan dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.
Teknologi ini memberikan kualitas gambar superior, sehingga tenaga medis dapat dengan cepat mengidentifikasi adanya penyumbatan atau perdarahan di otak, yang sangat krusial dalam menentukan langkah perawatan selanjutnya.
Selain itu, Philips juga mengembangkan perawatan minimal invasif Azurion dengan sistem neuro terbaru Biplane Azurion.
Teknologi ini memungkinkan tindakan trombektomi, yaitu prosedur untuk mengangkat bekuan darah di otak dengan menggunakan metode minimal invasif. Keunggulan dari sistem Neuro Biplane Azurion, yaitu pencitraan real-time untuk memandu tindakan medis dengan akurasi tinggi dan fleksibilitas tinggi dalam penempatan detektor sinar-X, sehingga dokter dapat memperoleh berbagai sudut pandang pencitraan.
Selain itu, kontrol meja lebih komprehensif, yang memungkinkan tenaga medis tetap berada di area steril selama prosedur berlangsung.
Teknologi Azurion pun membantu tenaga medis bekerja lebih cepat dan efisien, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat keberhasilan pengobatan stroke serta mengurangi risiko komplikasi bagi pasien.
Selanjutnya, Philips juga mengembangkan pemantauan pasien dengan Philips ePatch Wearable dan Tempus ALS, baik selama transportasi darurat maupun setelah perawatan di rumah sakit.
Melalui Philips ePatch Wearable, perangkat pemantauan jantung yang dapat digunakan oleh pasien setelah keluar dari rumah sakit dan dapat mendeteksi fibrilasi atrium, salah satu faktor risiko utama stroke berulang.
Pada penggunaan AI untuk optimasi alur kerja medis, Philips bekerja sama dengan Nicolab mengembangkan StrokeViewer, sebuah solusi berbasis AI dan cloud yang membantu mempercepat diagnosis dan pengambilan keputusan dalam penanganan stroke.
Teknologi ini membantu tim medis berkomunikasi lebih efektif, mengurangi waktu tunggu dalam proses perawatan, dan meningkatkan peluang kesembuhan pasien.
Gupta menambakan untuk meningkatkan akses terhadap perawatan stroke, Philips juga menyediakan solusi telehealth, yang memungkinkan tenaga medis di unit gawat darurat mendapatkan dukungan langsung dari ahli stroke di lokasi lain.
Hal ini sangat berguna bagi rumah sakit di daerah terpencil yang tidak memiliki spesialis stroke, sehingga pasien tetap bisa mendapatkan perawatan optimal tanpa harus dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar.
Philips terus berupaya menciptakan solusi inovatif yang tidak hanya meningkatkan kualitas perawatan medis, tetapi juga membuat layanan kesehatan lebih terjangkau dan mudah diakses.
Dengan fokus pada inovasi, desain, dan keberlanjutan, Philips memastikan bahwa setiap teknologi yang dikembangkan dapat memberikan dampak positif bagi pasien, tenaga medis, dan sistem layanan kesehatan secara keseluruhan.
Dalam perjalanannya, Philips juga berkolaborasi dengan berbagai mitra di sektor kesehatan, termasuk pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian, untuk memastikan bahwa teknologi yang dihadirkan benar-benar dapat memberikan solusi yang efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Urgensi Tindakan Global: Seruan untuk Aksi Nyata Pencegahan & Pengobatan Stroke
Meskipun terapi stroke telah mengalami kemajuan pesat, kenyataannya masih banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan standar yang seharusnya tersedia.
Karena itu, berbagai organisasi stroke dunia, dari World Stroke Organization hingga Global Stroke Action Coalition, menyerukan adanya rencana nasional untuk penanganan stroke serta peningkatan investasi dalam pencegahan dan pengobatan stroke.
“Stroke adalah revolusi medis yang paling diabaikan. Kita memiliki intervensi yang sangat efektif, tetapi mayoritas pasien stroke di dunia tidak mendapatkannya,” ujar Norrving.
Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dan dukungan kebijakan yang kuat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua pasien stroke di dunia mendapatkan akses terhadap perawatan yang layak.
Penanganan stroke tidak hanya bergantung pada kemajuan teknologi medis, tetapi juga memerlukan kesadaran global, kebijakan kesehatan yang lebih baik, serta akses yang merata terhadap pencegahan dan pengobatan stroke.
Hal ini juga disadari oleh Pemerintah Ukraina, di mana Kementerian Kesehatan Ukraina bekerja sama dengan Bank Dunia dan Philips telah mengumumkan inisiatif nasional untuk memodernisasi perawatan stroke dan kardiovaskular di Ukraina pada Senin (10/2/2025).
Inisiatif bersama ini mencakup penyediaan pencitraan canggih, diagnosis berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan alat kolaborasi berbasis cloud ke wilayah-wilayah utama di Ukraina, termasuk Dnipro, Sumy, Kharkiv, Lviv, Zaporizhzha, dan Odesa.
Dalam program stroke nasional Kementerian Kesehatan Ukraina, Philips menerapkan 25 suite intervensi Azurion untuk mendukung perawatan stroke yang minimal invasif. Sistem ini mendukung prosedur neurovaskular kompleks, seperti trombektomi, yang dapat membalikkan efek stroke.
Dengan investasi yang tepat dalam pencegahan, diagnosis dini, dan perawatan yang cepat, jutaan nyawa dapat diselamatkan, serta dampak sosial dan ekonomi akibat stroke dapat diminimalkan.
“Jika argumen rasional tidak cukup, dengarkanlah cerita mereka yang mengalami stroke dan perjuangan keluarganya. Stroke adalah krisis global yang membutuhkan aksi nyata, bukan hanya sekadar diskusi,” tegasnya.