Bisnis.com, JAKARTA - Perempuan ternyata lebih berisiko meninggal dunia karena sakit jantung.
Ternyata perbedaan genetik ini mempengaruhi lebih dari sekedar organ seks dan jenis kelamin yang ditentukan saat lahir, perbedaan ini secara mendasar mengubah cara penyakit kardiovaskular berkembang dan muncul.
Meskipun jenis kelamin memengaruhi mekanisme di balik perkembangan penyakit kardiovaskular, gender berperan dalam cara penyedia layanan kesehatan mengenali dan mengelola penyakit tersebut.
Baca Juga 5 Tanda Serangan Jantung pada Usia Muda |
---|
Dilansir dari livescience, jenis kelamin mengacu pada karakteristik biologis seperti genetika, hormon, anatomi dan fisiologi, sedangkan gender mengacu pada konstruksi sosial, psikologis dan budaya. Wanita lebih mungkin meninggal setelah serangan jantung atau stroke pertama dibandingkan pria.
Wanita juga lebih mungkin mengalami gejala serangan jantung tambahan atau berbeda selain nyeri dada, seperti mual, nyeri rahang, pusing, dan kelelahan. Seringkali sulit untuk sepenuhnya menguraikan pengaruh jenis kelamin terhadap dampak penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan pengaruh gender.
Meskipun wanita yang belum memasuki masa menopause memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan pria, risiko kardiovaskular mereka meningkat secara dramatis setelah menopause.
Selain itu, jika seorang wanita mengidap diabetes tipe 2, risiko serangan jantungnya meningkat setara dengan pria, meskipun wanita penderita diabetes tersebut belum mengalami menopause. Data lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami perbedaan risiko penyakit kardiovaskular antara pasien non-biner dan transgender.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, ada satu hal yang sama: Serangan jantung, stroke, dan bentuk penyakit kardiovaskular lainnya adalah penyebab utama kematian bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin atau gender.