Contoh sukses seperti ini yang, menurut Nasir, ingin terus didorong. Pengobatan di masa depan di negara dengan bonus demografi seperti Indonesia ini dilakukan dengan memperbaiki metabolisme diri sendiri.
Eksplorasi dan pengembangan sel punca merupakan pilihan tertinggi dalam terapi suatu penyakit, baik yang bersifat "regenerative medicine" maupun untuk terapi jaringan.
Dengan demikian, transfer teknologi kedokteran mutakhir yang berbasis pada sel punca dapat cepat diaplikasikan di berbagai pusat kesehatan di Indonesia.
Sampai saat ini tidak kurang dari 500 kasus penyakit ditangani dengan terapi sel punca. Selain itu, produk-produk sel punca dan "molecular engineering" yang dihasilkan telah dihilirisasi oleh BUMN, seperti PT Phapros yang telah menangkap hasil riset berupa produk sel punca untuk kosmetik.
Produk tersebut saat ini sedang masuk tahap registrasi ke BPOM.
"Kalau stem cell bisa diproduksi masif, pasti biaya produksinya akan turun, harganya tentu juga akan turun. Makanya kita dorong universitas-universitas seperti UNAIR ini bisa produksi lebih banyak lagi sehingga masyarakat bisa menjangkau," ujar Nasir.