Di zaman modern ini, keris ternyata tidak hanya dikoleksi oleh orang-orang tua saja. Namun, banyak anak muda yang memiliki ketertarikan untuk mendalami dan bahkan mengkoleksi keris. Salah satunya adalah Basuki Teguh Yuwono (39 tahun).
Pria asal Surakarta yang mengelola museum keris Brodjobuwono, ternyata berbakat membuat keris kamardikan atau keris-keris baru yang dibuat pada periode setelah 1945. Lahir dari keluarga yang tidak memiliki garis keturunan sebagai empu, di usianya yang terbilang muda, Basuki sukses menjadi salah satu empu termuda di Tanah Air.
Keris-keris buatannya menjadi buruan kolektor dari berbagai penjuru dunia, dan salah satunya pernah dibeli dengan harga fantastis mencapai Rp1 miliar. “Saya tidak pernah menetapkan harga keris. Justru di sini saya mempersilakan kolektor untuk memberikan harga pada keris itu sendiri,” tuturnya.
Menurutnya, peminat yang datang membeli kerisnya banyak datang dari anak muda. Hal ini tidak lepas dari kesadaran anak-anak muda untuk melestarikan warisan budaya ini.
Guna menarik minat generasi muda yang lebih luas lagi, keris sebagai pengejawantahan warisan budaya perlu diposisikan sesuai dengan perubahan zaman. Salah satu contohnya adalah membuat mahakarya keris baru yang tidak terjebak pada penciptaan fisik, tetapi tetapi memiliki kedalaman makna.
Selain itu, meski keris adalah produk masa lalu, tetapi pembuatan keris dengan teknologi modern dapat dijadikan terobosan baru. “Jangan anti terhadap teknologi. Keris dapat dibuat dengan sentuhan teknologi, asalkan tidak meninggalkan makna dan nilainya,” tuturnya.
