Bisnis.com, JAKARTA - Apakah Anda bekerja dengan jam kerja yang lebih panjang? Jika iya, bersiaplah jika otak Anda akan berubah.
Sebuah studi baru menemukan bahwa jam kerja yang panjang dapat mengubah struktur otak dan bahkan memengaruhi kesehatan kognitif dan emosional Anda. Temuan studi ini diterbitkan dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine.
Dilansir dari timesofindia, temuan awal dari studi baru ini menunjukkan bahwa bekerja dengan jam kerja yang panjang mengubah struktur otak, terutama area yang terkait dengan pengaturan emosi dan fungsi eksekutif, seperti memori kerja dan pemecahan masalah.
Studi ini telah mengonfirmasi bahwa bekerja berlebihan dapat menyebabkan perubahan neuroadaptif, yang memengaruhi kesehatan kognitif dan emosional. Studi sebelumnya telah menemukan bahwa jam kerja yang panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, gangguan metabolisme, dan masalah kesehatan mental.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kerja berlebihan membunuh lebih dari 800.000 orang setiap tahun. Meskipun konsekuensi perilaku dan psikologis dari kerja lembur telah diketahui, mekanisme neurologis dan perubahan anatomisnya belum diteliti.
Peneliti mengeksplorasi ini, dan untuk memahaminya mereka menganalisis volume otak struktural dan membandingkan dampak kerja berlebihan pada daerah otak tertentu pada petugas kesehatan, yang secara teratur bekerja 52 jam atau lebih seminggu.
Mereka menganalisis data dari Gachon Regional Occupational Cohort Study (GROCS) dan pemindaian MRI yang dilakukan untuk proyek penelitian tentang dampak kondisi kerja pada struktur otak. Peserta dalam GROCS diminta untuk melakukan pemindaian MRI tambahan, dan analisis akhir mencakup 110 orang setelah mengecualikan mereka yang datanya hilang atau kualitas gambar MRI yang buruk.
Di antara para peserta, sebagian besar dari mereka adalah dokter: 32 bekerja dengan jam kerja mingguan yang berlebihan (28%); 78 bekerja dengan jam standar.
Para peneliti memperhatikan bahwa orang-orang yang bekerja berjam-jam setiap minggu secara signifikan lebih muda, memiliki lebih sedikit pengalaman kerja, tetapi lebih berpendidikan tinggi daripada mereka yang mencatat jam kerja reguler.
Para peneliti menggunakan morfometri berbasis voxel (VBM), teknik pencitraan otak, untuk memahami perubahan tersebut.
Mereka menemukan bahwa orang yang bekerja 52 jam atau lebih seminggu mengalami perubahan signifikan pada wilayah otak yang berkaitan dengan fungsi eksekutif dan pengaturan emosi, dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada jam biasa.
Orang yang bekerja berjam-jam memiliki volume 19% lebih besar di girus frontal tengah dibandingkan dengan mereka yang bekerja dengan jam kerja standar. Bagian otak ini memiliki peran penting dalam berbagai fungsi kognitif, terutama di lobus frontal.
Bagian ini terkait dengan atensi, memori kerja, dan pemrosesan terkait bahasa. VBM menunjukkan peningkatan puncak di 17 area, termasuk girus frontal tengah, girus frontal superior, yang terlibat dalam atensi, perencanaan, dan pengambilan keputusan, serta insula. Insula memiliki peran kunci dalam mengintegrasikan umpan balik sensorik, motorik, dan otonom dari tubuh.
Ini mencakup pemrosesan emosional, kesadaran diri, dan pemahaman konteks sosial. "Meskipun hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati karena sifat eksploratif dari studi percontohan ini, hasilnya merupakan langkah awal yang bermakna dalam memahami hubungan antara kerja berlebihan dan kesehatan otak," kata para peneliti.
"Yang perlu diperhatikan, peningkatan volume otak yang diamati pada individu yang bekerja berlebihan mungkin mencerminkan respons neuroadaptif terhadap stres kerja kronis, meskipun mekanisme pastinya masih spekulatif," tambah mereka.
Perubahan volume otak yang teramati dapat memberikan dasar biologis bagi tantangan kognitif dan emosional yang sering dilaporkan pada individu yang bekerja berlebihan.
Studi neuroimaging longitudinal dan multi-modal di masa mendatang diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini dan menjelaskan mekanisme yang mendasarinya. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya menangani kerja berlebihan sebagai masalah kesehatan kerja dan menyoroti perlunya kebijakan tempat kerja yang memitigasi jam kerja berlebih," ujar mereka.