Bisnis.com, JAKARTA - Pernikahan selalu disebutkan terasa hangat di awal namun lama kelamaan menjadi hambar bahkan rasa cinta bisa menghilang.
Mungkin saja Anda merasa aman dan nyaman dalam pernikahan, tapi tetap merasakan kekurangan dan kurang puas dengan kehidupan pernikahan Anda tersebut.
Padahal, rasa puas dengan kehidupan pernikahan Anda sangatlah penting sehingga bisa tetap menjaganya langgeng.
Meski demikan, Anda kadang tidak menyadari bahwa sesungguhnya Anda merasa tidak puas dengan pernikahan itu sendiri.
Dilansir dari bolde, berikut ciri-ciri Anda tidak puas dengan pernikahan
1. Berada dalam Rutinitas, Bukan Romantis
Kehidupan sehari-hari Anda berjalan lancar, dan itu hal yang baik, bukan? Anda berdua memiliki peran yang sangat penting, dan segala sesuatu mulai dari mencuci pakaian hingga berbelanja bahan makanan dijalankan dengan presisi. Meskipun rutinitas bisa terasa nyaman, hal itu juga bisa berarti Anda kehilangan momen-momen spontan yang terhubung.
2. Percakapan Berfokus pada Logistik
Saat mengobrol dengan pasangan, apakah sebagian besar membahas menu makan malam atau siapa yang akan menjemput anak-anak? Mengelola rumah tangga memang membutuhkan koordinasi, tetapi kapan terakhir kali Anda membicarakan impian dan ambisi? Percakapan yang hanya berfokus pada logistik dapat membuat hubungan terasa lebih seperti urusan bisnis. Luangkan waktu sejenak untuk mengingat bagaimana Anda dulu membicarakan harapan dan impian di awal hubungan. Mengulang topik-topik ini dapat memperbarui keintiman dan kepuasan emosional Anda.
Berfokus pada hal-hal sehari-hari dapat membuat Anda merasa seperti menjalani kehidupan yang paralel, alih-alih kehidupan bersama. Pastikan untuk bertanya kepada pasangan Anda tentang aspirasi mereka dan bagaimana mereka memandang masa depan Anda bersama. Percakapan ini dapat menghubungkan kembali Anda berdua pada tingkat yang lebih dalam. Pernikahan yang memuaskan melibatkan mimpi bersama, bukan hanya perencanaan bersama.
3. Tidak Mau Repot-repot Mengatasi Pertengkaran
Anda bangga karena jarang bertengkar, tetapi mungkinkah itu berarti Anda menghindari diskusi penting? Selalu menjaga perdamaian mungkin terasa aman, tetapi justru dapat meninggalkan masalah yang belum terselesaikan di balik layar. Menurut Dr. Sue Johnson, seorang psikolog klinis yang dikenal karena karyanya dalam terapi yang berfokus pada emosi, konflik tidak hanya normal tetapi juga penting untuk hubungan yang sehat. Ia berpendapat bahwa mengatasi perselisihan justru dapat mendekatkan pasangan. Jika Anda menghindari konflik untuk menjaga perdamaian, Anda mungkin kehilangan kesempatan untuk berkembang dan kepuasan yang lebih besar.
Anda mungkin berpikir bahwa menghindari pertengkaran akan memperkuat hubungan Anda, tetapi itu tidak selalu benar. Ketika Anda tidak pernah mengatasi rasa frustrasi, rasa frustrasi tersebut dapat menumpuk, yang mengarah pada kebencian. Belajar terlibat dalam konflik yang sehat justru dapat meningkatkan keintiman emosional Anda. Latihlah diskusi terbuka tentang perselisihan kecil untuk membangun keterampilan Anda dalam menangani masalah yang lebih besar. Dengan cara ini, Anda tidak hanya menjaga perdamaian; Anda juga memelihara hubungan yang lebih memuaskan.
4. Menganggap Keintiman sebagai kewajiban
Keintiman fisik adalah bagian dari hidup Anda, tetapi terkadang terasa lebih wajib daripada menggairahkan. Anda mungkin mendapati diri Anda memperlakukannya hanya sebagai tugas lain yang harus diselesaikan, alih-alih momen untuk memperdalam hubungan Anda. Ketika keintiman menjadi rutinitas, ia dapat kehilangan nilai emosionalnya. Alih-alih menganggapnya sebagai kotak yang harus dicentang, pertimbangkan bagaimana Anda dapat menjadikannya pengalaman yang lebih bermakna. Perubahan perspektif ini dapat mengubah cara Anda memandang dan menghargai momen-momen tersebut.
Sangat mudah untuk terjebak dalam pola keintiman yang terasa mudah ditebak atau monoton. Mencoba hal-hal baru atau sekadar mendiskusikan preferensi Anda secara terbuka dengan pasangan dapat menyalakan kembali percikan yang hilang itu. Saat Anda merasa lebih nyaman dalam mengungkapkan keinginan, Anda mungkin menemukan kebahagiaan dan kepuasan yang lebih besar dalam kehidupan intim Anda. Ingat, ini bukan hanya tentang kuantitas; ini tentang kualitas. Beri diri Anda izin untuk mengeksplorasi dan memprioritaskan kenikmatan daripada rutinitas.
5. Merasa Pasangan sebagai Teman Sekamar Anda
Ada perbedaan antara tinggal bersama dan menjalin hubungan. Jika Anda merasa lebih seperti teman sekamar yang berbagi tugas daripada pasangan hidup, itu pertanda ada yang salah. Penelitian oleh Dr. Terri Orbuch, seorang psikolog yang memimpin studi longitudinal tentang pernikahan, menunjukkan bahwa pasangan yang terlibat dalam aktivitas bersama meningkatkan kebahagiaan pernikahan mereka. Ia menekankan bahwa melakukan aktivitas menyenangkan bersama dapat memperkuat ikatan Anda. Teman sekamar hidup bersama, tetapi pasangan membangun kehidupan bersama.
6. Merasa Tidak Dipahami
Meskipun pasangan Anda selalu ada untuk Anda secara fisik, Anda mungkin kehilangan dukungan emosional. Anda mungkin merasa ragu apakah Anda dapat berbagi perasaan terdalam tanpa dihakimi atau diabaikan. Sebuah hubungan seharusnya menjadi tempat yang aman di mana Anda dapat mengekspresikan kegembiraan dan ketakutan Anda. Jika Anda merasa hal ini kurang, mungkin sudah saatnya untuk membuka dialog tentang kebutuhan emosional Anda. Anda berhak merasa didengarkan dan didukung lebih dari sekadar aspek praktis kehidupan.