Bisnis.com, MOSKOW—Langit masih biru terang meski jarum jam menunjukan pukul 21.30 waktu setempat. Moskow, ibu kota negara federasi Rusia, tidak memperlihatkan potret perang yang berkecamuk di bagian barat sebagai upaya pendudukan Ukraina.
Orang-orang terlihat masih lalu lalang di trotoar ruas jalan Tverskaya Yamskaya saat Bisnis bersama rombongan wartawan dari berbagai negara yang diundang oleh Rosatom, badan usaha milik pemerintah Rusia yang menangani soal nuklir, tiba akhir pekan lalu.
Pada Juni ini, Rusia masuk dalam kategori musim panas. Suhu udara tercatat di rentang 15-20 derajat celcius pada siang dan malam hari. Matahari menyilang pada belahan bumi utara-barat sehingga waktu siang lebih lama.
Waktu malam pun terasa singkat karena pagi datang lebih awal. Sekitar pukul 04.00 waktu setempat, terlihat langit sudah terang. Namun, jalanan masih lengang. Aktivitas warga yang mayoritas keturunan bangsa Slavia itu mulai ramai di atas jam 09.00.
Sulit menemui kemacetan di Moskow. Padahal, jumlah penduduk mencapai 13 juta jiwa pada sensus 2021. Akan tetapi, jarak Bandara Domodedovo ke tengah kota terasa sangat lama. Lebih dari 1 jam dengan jarak tempuh sekitar 20 kilometer. Terlalu banyak lampu lalu lintas di jalur itu.
Tidak ada kebut-kebutan. Kendaraan terlihat jalan teratur. Suara klakson mobil pun nyaris tak terdengar. Saat lampu kuning mulai menyala, pengendara mulai berhenti. Beda dengan Jakarta, saat lampu kuning menyala, tancap gas semakin dalam.
Kondisi jalanan kontras dengan Moscow Metro Station. Transportasi massal yang dibuka pertama kali pada 90 tahun lalu, 15 Mei 1935, itu menjadi moda angkutan utama penduduk Moskow.
Baca Juga Ambisi Salim Bawa CPO ke Moskow |
---|
Ongkosnya murah, jadi alasan naik Metro. Seharga satu botol air mineral, sekitar Rp35.000 bisa mendapatkan tiket PP dari stasiun Belorusskaya menuju Red Square, dengan satu kali ganti jalur.
Penumpang akan disuguhkan pemandangan stasiun yang ikonik. Interior stasiun bawah tanah itu bak gallery seni. Wajar bila kemudian UNESCO mengganjar 44 stasiun sebagai warisan budaya dunia. Salah satu yang paling terkenal Elektrozavodskaya.
Stasiun metro rata-rata diberi nama daerah bekas Uni Soviet. Salah satunya adalah Kievskaya, ibu kota Ukraina. “Orang-orang sini masih menganggap Ukraina masih sedarah, meski mereka menganggap sebagai musuh,” kata salah satu warga setempat.
Perayaan Hari Kemenangan di Moskow
Kota Moskow terlihat meriah. Ornamen bunga menghiasi sudut jalan hingga perkantoran. Pada tahun ini, Moskow merayakan Hari Kemenangan ke-80. Untuk memperingati 8 dekade tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Acara utama dilakukan pada 5 Mei 2025. Berupa parade militer di Lapangan Merah, yang dipimpin langsung Presiden Rusia, Vladimir Putin. Namun, perayaan ini berlangsung lebih dari sebulan.
Pada akhir pekan lalu merupakan perayaan pentas budaya yang dilakukan di Red Square. Ada panggung opera hingga baris berbaris. Bahkan, alat-alat perang era Uni Soviet pun di pajang di Lapangan Merah.
Hujan rintik-rintik tak menyurutkan langkah pengunjung untuk memadati tempat yang dulunya sebuah benteng itu. Para pengisi acara pun semakin bersemangat bernyanyi dan menari.
Lapangan Merah diyakini sudah ada pada abad 14. Alun-alun itu semula sebagai pasar. Namun, seiring dengan waktu berjalan daerah seputar alun-alun itu dibuat benteng yang kemudian dinamai Kremlin, berdiri di Bukit Borovitsky.
Di sekeliling Lapangan Merah itu berdiri sejumlah bangunan. Yang paling terkenal adalah gereja Saint Basil Cathedral dengan bulatan bawang berwarna-warni, dan Museum Nasional berwarna merah yang menjadi latar penyebutan Red Square.
Keriuhan dan kedamaian di Moskow ini mendapat respons positif dari salah satu guru besar sebuah perguruan tinggi yang usai berkunjung ke kota itu pada pekan lalu. "Tidak seperti sedang perang suasana kotanya," tulisnya dalam pesan singkat.