Bisnis.com, JAKARTA - Kebiasaan merokok bisa menyebabkan risiko penyempitan pembuluh darah pada tubuh, sehingga perokok lebih berpotensi terkena penyakit jantung.
Dokter Spesialis Penyakit Jantung Bobby Arfhan Anwar mengatakan rokok tembakau ataupun elektronik mengandung zat Kimia, salah satunya nikotin. Ini berdampak pada kondisi Kesehatan tubuh dan jangka pendek tidak akan terlihat dan terasa.
"Rokok mengandung nikotin. Ada juga formaldehid yang mengganggu pernapasan," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (1/6/2025).
Formaldehida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH₂O. Zat ini merupakan aldehid paling sederhana dan bersifat toksik serta dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mata, dan kulit.
Zat Kimia formaldehida sering digunakan sebagai bahan pengawet, dalam pembuatan resin, dan ditemukan dalam berbagai produk konsumen seperti produk kayu, dan juga sebagai hasil sampingan dari pembakaran. Dokter Bobby menyebutkan bahwa orang yang terpapar rokok bisa mengalami iritasi saluran pernapasan, tetapi adiktif yang menyebabkan tubuh ingin lagi dan lagi.
Dia mengatakan bahwa pria yang tidak merokok di Indonesia sangat langka dan angka perokok ini harus ditekan, karena berbahaya bagi kondisi kesehatan perokok aktif dan pasif. Persentase pria perokok aktif Indonesia tertinggi di dunia, yaitu sekitar 73,2% per 2025.
Dengan kata lain, lebih dari tiga perempat pria di Indonesia merupakan perokok aktif. Angka ini juga menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi ke-12 dari daftar negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia.
"Hanya sekitar 26% pria di Indonesia yang tidak merokok. Merokok bulanlah tren yang baik bagi kesehatan, tetapi sangat membahayakan bagi pembuluh dan bisa menyebabkan penyakit. Mari kita cukupkan diri kita dengan udara bersih," kara Dokter Bobby.
Dokter Bobby mengatakan bahwa rokok tembakau dan elektronik mengandung zat adiktif yang menyebabkan candu, sehingga tubuh merasa ketagihan dan selalu mengulang ingin merokok lagi dan lagi. Bila dikonsumsi terus menerus maka akan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
Apalagi saat ini, mulai muncul rokok elektronik yang memiliki aneka rasa-rasa manis buah, permen karet dan lain-lain. Dokter Bobby menganggap bahwa rokok elektronik dengan aneka rasa manis menjadi jalan masuk generasi muda bahkan anak-anak untuk merokok, sebab anak muda suka dengan rasa yang manis.
Tingginya angka perokok di Indonesia masih menjadi tantangan besar bagi pemerintah Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa jumlah perokok aktif mencapai 70 juta orang, dengan hampir 6 juta di antaranya adalah remaja berusia 10-18 tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa 28,62% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas merokok dalam sebulan terakhir.