Bisnis.com, JAKARTA — Sebuah studi terbaru dengan cakupan cukup besar menunjukkan adanya kaitan gula darah tinggi pada remaja bisa meningkatkan risiko kerusakan jantung lebih cepat.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sampal dengan 2022, prevalensi diabetes pada remaja di Indonesia memang menjadi perhatian, meskipun angkanya tidak setinggi pada orang dewasa.
Data menunjukkan bahwa sekitar 15% dari total penderita diabetes di Indonesia berusia di bawah 20 tahun, atau sekitar 1,5 juta orang. Sebagian besar kasus terjadi pada remaja berusia 10-14 tahun, yang bisa berisiko mengalami kerusakan jantung menurut studi terbaru.
Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal University of Eastern Finland dan melinatkan 1.595 remaja yang diambil dari kelompok anak-anak tahun 1990-an University of Bristol diikuti dari usia 17 hingga 24 tahun.
Untuk menilai prevalensi pradiabetes, yang mengacu pada kadar glukosa darah puasa yang tinggi, dua titik potong alternatif digunakan, peneliti menggunakan titik potong ≥5,6 mmol/L yang direkomendasikan oleh American Diabetes Association, dan ≥6,1 mmol/L, yang merupakan rekomendasi saat ini di banyak negara.
Secara keseluruhan, 6,2% remaja berusia 17 tahun memiliki gula darah puasa ≥5,6 mmol/L, yang meningkat hampir lima kali lipat menjadi 26,9% pada usia 24 tahun.
Hanya 1,1% remaja yang memiliki kadar ≥6,1 mmol/L, tetapi prevalensinya meningkat lima kali lipat menjadi 5,6% pada usia 24 tahun.
Dari kondisi tersebut, prevalensi pembesaran jantung yang berlebihan (hipertrofi ventrikel kiri) meningkat tiga kali lipat dari 2,4% pada usia 17 tahun menjadi 7,1% pada usia 24 tahun. Sementara prevalensi disfungsi jantung meningkat dari 9,2% pada masa remaja menjadi 15,8% pada masa dewasa muda.
Kadar gula darah puasa yang terus-menerus ≥5,6 mmol/L dari usia 17 hingga 24 tahun juga dikaitkan dengan peningkatan risiko pembesaran jantung sebesar 46%. Risikonya menjadi tiga kali lipat jika kadar gula darah puasa secara terus-menerus ≥6,1 mmol/L.
Glukosa darah yang tinggi juga menurunkan relaksasi otot jantung, mengubah fungsi jantung normal, dan meningkatkan tekanan aliran darah yang kembali ke jantung secara berlebihan.
Selain itu, resistensi insulin yang terus-menerus juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kerusakan jantung dini dan yang memburuk sebesar 10%.
Selama periode pertumbuhan 7 tahun, peningkatan kadar glukosa berkontribusi sebesar 0,57 g/m2,7 terhadap peningkatan massa jantung pada wanita dibandingkan dengan peningkatan sebesar 0,11 g/m2,7 pada pria.
Penelitian sebelumnya di kalangan orang dewasa telah menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tinggi dan resistensi insulin pada remaja sangat memprediksi risiko diabetes melitus tipe 2 pada orang-orang berusia pertengahan lima puluhan.
Selain itu, diketahui bahwa semakin muda seseorang didiagnosis menderita diabetes tipe 2, semakin parah dan cepat komplikasi yang mungkin terjadi, jika tidak diobati.
Namun, belum ada penelitian di dunia yang sebelumnya meneliti manifestasi paling awal dari konsekuensi kadar glukosa darah tinggi dan resistensi insulin pada jantung.
Hal ini disebabkan oleh kelangkaan penilaian ekokardiografi berulang pada jantung untuk populasi besar remaja yang sehat.
Studi terbaru ini merupakan tindak lanjut terbesar dan terlama dari penelitian konsentrasi glukosa dan studi ekokardiografi berulang pada populasi muda yang relatif sehat di dunia.
Studi dilakukan dengan pengukuran glukosa darah puasa dan insulin peserta pada usia 17 dan 24 tahun, dan mereka menjalani pengukuran ekokardiografi terhadap struktur dan fungsi jantung pada usia 17 dan 24 tahun.
Resistensi insulin dihitung dari glukosa puasa dan insulin. Sampel darah puasa lainnya juga diukur berulang kali untuk kolesterol lipoprotein densitas rendah, kolesterol lipoprotein densitas tinggi, trigliserida, dan protein C-reaktif sensitivitas tinggi.
Tekanan darah, denyut jantung, status sosial ekonomi, riwayat keluarga penyakit kardiovaskular, status merokok, pengukuran akselerometer terhadap perilaku menetap dan aktivitas fisik serta absorptiometri sinar-X energi ganda yang mengukur massa lemak dan massa ramping diperhitungkan dalam analisis.
Wanita Lebih Rentan
"Hasil awal dari kelompok yang sama menunjukkan bahwa akhir masa remaja merupakan periode kritis dalam evolusi penyakit kardiometabolik. Temuan saat ini semakin menegaskan bahwa bahkan remaja dan dewasa muda yang tampak sehat dengan berat badan normal mungkin berada di jalur menuju penyakit kardiovaskular, jika mereka memiliki kadar glukosa darah tinggi dan resistensi insulin," ungkap Andrew Agbaje, dokter dan profesor madya (dosen) Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Anak di University of Eastern Finland.
Anehnya, peneliti juga mengamati bahwa kadar gula darah tinggi dapat merusak jantung wanita lima kali lebih cepat daripada pria. Oleh karena itu, perhatian khusus harus diberikan kepada anak perempuan dalam hal pencegahan.