Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan, bahan Bisphenol A atau BPA kembali jadi perbincangan, dituding sebagai salah satu penyebab masalah kesehatan terutama dari sisi reproduksi.
BPA, zat yang sering ditemukan dalam produk air kemasan berbahan plastik, belakangan kembali viral, dituding menjadi penyebab infertilitas atau mandul dan kelahiran bayi menjadi prematur.
Lantas, benarkan BPA begitu berpengaruh pada kesehatan organ reproduksi dan mempengaruhi kelahiran bayi?
Baca Juga Langkah-Langkah Menjaga Kesuburan |
---|
Menurut Dokter Spesialis Kandungan RS Eka Hospital, dr Ervan Surya, hal itu hanya mitos. Menurutnya, sampai saat ini belum ada korelasi yang kuat antara keduanya.
Dokter Ervan menjelaskan bahwa infertilitas atau gangguan kesuburan ditandai dengan tiga kriteria, yaitu tidak segera punya anak dalam kurun waktu di atas 1 tahun, berhubungan badan secara rutin 2-3 kali seminggu, dan berhubungan badan tanpa alat kontrasepsi.
Gangguan kesuburan bisa disebabkan dari dua belah pihak, baik wanita dan prianya. Adapun, faktor risiko kemandulan pada pria lebih sedikit, yaitu terkait dengan rendahnya jumlah dan kualitas sperma atau ada gangguan pada alat vital dan disfungsi seksual.
Sementara pada wanita, terdapat beberapa faktor risiko antara lain usia yang sudah di atas 35 tahun, endometriosis, Sindrom ovarium polikistik atau PCOS, gangguan pada tuba falopi, ketidakseimbangan hormon, kegemukan, dan penyakit seperti diabetes, lupus, arthritis, hipertensi, dan lainnya, serta kemoterapi dan radiasi juga menjadi penyebab.
Selain itu, untuk keduanya, gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga menjadi penyebab ketidaksuburan.
Sementara untuk kelahiran bayi prematur, beberapa faktor risiko terbesar adalah infeksi, yang bisa disebabkan oleh berbagai hal mulai dari gaya hidup, penyakit kelamin, atau penyakit bawaan pada ibu.
Faktor lainnya seperti usia, perubahan hormonal, dan faktor genetik menjadi faktor risiko selanjutnya yang bisa menyebabkan kontraksi sehingga menimbulkan kelahiran prematur.
"Terkait dengan BPA, menurut jurnal-jurnal yang ada bahwa antara BPA dengan ketidaksuburan dan kelahiran prematur itu hubungannya tidak signifikan atau nggak ada kaitannya, makanya butuh penelitian yang lanjut," ujarnya dalam Media Briefing, Senin (14/10/2024).
dr. Ervan juga menegaskan agar masyarakat tidak seperti menggunakan "kacamata kuda" ketika menerima suatu informasi.
"Jangan BPA terus disalahkan, coba mungkin bapak atau ibu masih merokok. Bahkan olahraga berlebihan juga bisa menjadi penyebab ketidaksuburan," imbuhnya.
Dia juga menegaskan penjelasan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa kandungan BPA yang ada dalam galon air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar selama lima tahun terakhir sebesar 0,01 bpj atau 10 mikrogram per kilogram atau masih dalam batas aman.
Adapun, batas aman yang ditetapkan oleh BPOM adalah 0,6 bpj atau 600 mikrogram per kilogram. Selain itu, BPOM juga menegaskan bahwa penggunaan kemasan Polikarbonat selama bertahun-tahun juga tidak akan meningkatkan migrasi BPA ke dalam tubuh.
"Perlu diingat pula bahwa tubuh punya mekanisme metabolisme yang pintar, sehingga racun-racun yang melewati tubuh setiap hari akan dibuang jika masih dalam batas aman," tegasnya.