5 Dampak Negatif Mengonsumsi Makanan Berbahan Pengawet/reuters
Health

5 Dampak Negatif Mengonsumsi Makanan Berbahan Pengawet

Redaksi
Kamis, 25 Juli 2024 - 19:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengawet makanan merupakan zat aditif (bahan tambahan pangan) yang biasanya digunakan agar makanan bisa lebih tahan lama untuk disimpan.

Meskipun makanan dapat menjadi lebih segar, faktanya bahan pengawet memiliki berbagai dampak negatif.

Apabila tidak dibatasi, konsumsi bahan pengawet secara berlebihan tentunya dapat membahayakan kesehatan Anda.

Berikut berbagai dampak negatif dari mengonsumsi makanan berbahan pengawet:

1. Gangguan Jantung

Pengawet makanan–terutama yang mengandung garam–dapat membuat pembuluh arteri Anda mengeras dan menyempit. Hal tersebut memicu tekanan darah tinggi, atau yang biasa disebut hipertensi. Secara tidak langsung, gangguan kesehatan tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan jantung.

Bila Anda terus menerus mengonsumsi makanan dengan bahan pengawet, kerja jantung Anda akan terganggu dan serangan jantung pun sangat mungkin terjadi.

2. Masalah Pencernaan

Pengawet makanan yang mengandung asam etanoat (asam cuka) dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan. Kadar asam etanoat yang tinggi di dalam zat pengawet tersebut dapat menyebabkan iritasi pada lambung. Anda juga dapat mengalami asam lambung yang naik dan GERD.

3. Gangguan Perilaku pada Anak

Tak hanya memengaruhi fisik saja, pengawet juga berdampak pada perilaku anak-anak. Menurut beberapa penelitian, kombinasi bahan pengawet jenis natrium benzoat menyebabkan anak dengan attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) menjadi lebih aktif. Dampak tersebut tentu saja perlu untuk diwaspadai.

4. Gangguan Ginjal

Bahan pengawet–terutama yang mengandung garam tinggi–dapat membuat tekanan darah di dalam tubuh meningkat. Akibatnya, organ ginjal akan merasa terbebani dan fungsi ginjal pun akan terganggu.

5. Meningkatkan Risiko Kanker

Bila konsumsi bahan pengawet tidak dibatasi, risiko penyakit kanker akan meningkat. Menurut jurnal Nutrients pada tahun 2019, daging olahan yang mengandung nitrit dapat memicu pembentukan senyawa N-nitroso–apabila dikonsumsi secara berlebihan. Senyawa tersebut bersifat karsinogenik dan bisa menyebabkan kanker usus besar. Metode pengawetan alami seperti pengasapan makanan pun dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring. Selain itu, senyawa benzena juga dapat memicu perkembangan sel kanker pada tubuh manusia.

6. Memicu alergi

Dilansir dari Acko, risiko yang paling umum terjadi apabila Anda mengonsumsi bahan pengawet adalah terjadinya alergi dan intoleransi makanan. Beberapa zat seperti sulfit dan monosodium glutamat (MSG) dapat memicu reaksi alergi–terutama apabila Anda memiliki riwayat asma atau alergi lainnya.

Jenis-Jenis Pengawet Makanan

Dilansir dari Anti Additive, pengawet makanan dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pembuatannya, yaitu pengawet alami dan buatan.

Pengawet makanan alami tersedia secara langsung di alam. Beberapa pengawet makanan alami yang sering digunakan pada makanan antara lain garam, gula, cuka, dan bawang putih. Semantara itu, pengawet makanan buatan merupakan hasil buatan manusia, seperti asam benzoat, asam sorbat, sulfit, asam propionat, serta nitrit dan nitrat.

Dilansir dari karenthrelkelnd.com, berikut beberapa jenis pengawet makanan yang berbahaya:

1. BHA dan BHT

Keduanya merupakan pengawet antioksidan yang bersifat karsinogenik. Dalam beberapa kasus, zat ini masih diizinkan untuk digunakan dalam sereal, permen karet, dan keripik kentang. Menurut sebuah penelitian, zat ini dapat menyebabkan insomnia, kehilangan nafsu makan, kanker, rambut rontok, serta masalah ginjal dan hati.

2. Nitrat dan Nitrit

Zat ini biasa ditemukan dalam daging kemasan–seperti hot dog, bacon, dan sosis. Apabila zat ini bercampur dengan asam lambung, maka akan membentuk nitrosamin (sel penyebab kanker yang kuat). Nitrat dan nitrit juga dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, dan mual.

3. Sulfit

Zat pengawet ini dapat menyebabkan sakit kepala, alergi, jantung berdebar-debar, dan bermacam gejala reaksi alergi lain. Sulfit yang berguna untuk membatasi kontaminasi bakteri ini biasa ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, serta anggur dan minuman lainnya. (Rafi Abid Wibisono)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro