10 Negara Paling Damai di Dunia Tahun 2024, Ada Malaysia dan Singapura/Istimewa
Travel

10 Negara Paling Damai di Dunia Tahun 2024, Ada Malaysia dan Singapura

Mutiara Nabila
Minggu, 16 Juni 2024 - 08:03
Bagikan

5. Singapura

Meskipun laporan Global Peace Index menunjukkan dunia semakin penuh kekerasan, Singapura justru menjadi lebih damai. Jauh lebih damai dari ketika pemeringkatan ini pertama kali diluncurkan pada 2008, di mana Singapura menempati posisi ke-22.  

Lantas apa yang mendorong lompatan luar biasa ini? GPI menunjukkan bahwa peningkatan terbesar dalam peringkat tersebut biasanya terjadi secara luas, sedangkan kemunduran besar dalam perdamaian biasanya disebabkan oleh beberapa indikator saja.

Jadi, meskipun Singapura mendapat nilai tinggi dalam hal keselamatan dan keamanan masyarakat serta rendahnya tingkat konflik domestik dan internasional yang sedang berlangsung, namun yang menghambat Singapura untuk menduduki peringkat teratas adalah tingkat militerisasinya.  

Mengapa Singapura membutuhkan begitu banyak personel kepolisian dan militer dan mengapa belanja senjatanya begitu tinggi? Negara kota ini bergantung pada perdagangan lewat laut untuk kemakmurannya, sehingga penting untuk memiliki sumber daya angkatan laut untuk menjamin kelancaran perjalanan kapal melalui Selat Malaka, perairan sempit yang berfungsi sebagai pintu gerbang antara Samudera Hindia dan Pasifik. 

4. Selandia Baru

Setelah mempertahankan posisi nomor dua dalam indeks tersebut sejak 2017, Selandia Baru merosot dua peringkat ke peringkat empat dalam Global Peace Index edisi tahun lalu. 

Mendapat nilai hampir sempurna dalam bidang keamanan masyarakat dan konflik domestik dan internasional, negara yang damai ini secara luas dianggap sebagai tempat yang indah untuk ditinggali.  

Namun, karena peningkatan impor dan ekspor senjata serta peningkatan pada kendaraan pengangkut personel bersenjata, skor Selandia Baru dalam bidang militerisasi turun sebesar 6% pada indeks edisi tahun lalu. 

Dengan ukuran yang hampir sama dengan Inggris namun dengan populasi sekitar 5,2 juta orang, Selandia Baru berada di peringkat di atas rata-rata di antara anggota OECD dalam hal pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan, dan pendapatan. 

Namun semua ini juga harus dibayar mahal. Kurangnya perumahan yang terjangkau semakin menyulitkan masyarakat berpendapatan rendah untuk membeli rumah, dengan kesenjangan antara kaya dan miskin yang dianggap sebagai masalah ekonomi utama yang dihadapi Selandia Baru sebesar 20% dari populasinya. 

3. Austria

Sejak berakhirnya Perang Dingin, negara kecil yang terkurung daratan dan berpenduduk sekitar 9 juta jiwa ini berpindah dari posisi pinggirannya di garis perbatasan antara Timur dan Barat menjadi lebih dekat ke pusat kesatuan Eropa.  

Sebagai anggota muda Uni Eropa dan di luar NATO, Austria bangga dengan upayanya untuk bergaul dengan blok politik saingannya dan menerima bentuk kerja sama baru dengan negara tetangganya.

Namun, meskipun Austria memiliki kinerja yang baik dalam banyak ukuran kesejahteraan seperti pendapatan, lapangan kerja dan perumahan, tapi ketegangan sosial telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir terutama yang dipicu oleh kampanye anti-migran dari Partai Kebebasan (FPÖ) yang berhaluan sayap kanan.  

Ketika pada November 2020 seorang simpatisan ISIS menembak dan membunuh 4 orang serta melukai 23 lainnya di pusat kota Wina, pemerintah menanggapinya dengan meluncurkan langkah-langkah anti-teror yang luas yang mencakup kemampuan untuk menahan terpidana di balik jeruji besi seumur hidup dan memfasilitasi pengawasan elektronik untuk kejahatan tersebut. 

Sebagai konsekuensinya, Austria mengalami salah satu kemerosotan perdamaian terbesar di Eropa karena memburuknya indikator dampak terorisme. 

Selain itu, di tengah pandemi COVID-19, ibu kotanya telah menjadi pusat protes besar-besaran terhadap tindakan lockdown dan mandat pemerintah untuk memberlakukan vaksinasi wajib bagi semua warga negara. Sejak itu, dukungan terhadap FPÖ semakin meningkat: saat ini FPÖ adalah partai politik terkemuka di negara tersebut.

2. Irlandia

Irlandia adalah salah satu negara terkaya, paling maju dan paling bahagia di dunia. Negara ini juga cukup damai di mana pada 2020, saat pandemi, negara ini berhasil memperoleh tujuh posisi dan menempati posisi keempat dalam Laporan Perdamaian Global. 

Pada tahun-tahun berikutnya, Irlandia menempati posisi ketiga atau kedua, seperti saat ini.

Irlandia tidak menjadi negara yang cinta damai dalam semalam, hubungan yang tegang selama berabad-abad dengan Inggris dapat membuktikan hal tersebut. Namun saat ini, karena status independennya yang sudah lama ada dan tentaranya yang netral, Republik Irlandia secara rutin digolongkan sebagai salah satu negara teraman di dunia.  

Hal ini tidak berarti Irlandia kebal dari gejolak politik dan sosial. Misalnya, selama pandemi, Irlandia sering dilanda demonstrasi anti-lockdown yang penuh kekerasan.

1. Islandia

Warga Islandia bisa tidur nyenyak tiap malam, karena mereka tinggal di negara paling damai di dunia. Tidak ada berita yang merupakan kabar baik jika dikaitkan dengan Islandia yang tenang. Tahun ini juga merupakan tahun ke-17 berturut-turut Islandia mempertahankan posisi nomor satu, sejak indeks dimulai pada 2008. 

Tanpa angkatan bersenjata, angkatan laut atau udara dan populasi terkecil di antara semua negara. Sebagai negara anggota NATO dengan penduduk sekitar 390.000 orang, Islandia juga memiliki tingkat kejahatan yang mencapai rekor terendah, sistem pendidikan dan kesejahteraan yang patut ditiru, dan berada di antara negara-negara terbaik dalam hal pekerjaan, pendapatan, dan rasa kesejahteraan.

Lantas di mana posisi Indonesia?

Dalam Global Peace Index, Indonesia menempati urutan ke-48. Meskipun menjadi negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara yang memiliki populasi sekitar 280 juta jiwa, kelas menengah yang terus berkembang, dan perekonomian yang stabil, namun Indonesia belum cukup damai. 

Kekuatan Indonesia juga mencakup biaya tenaga kerja yang rendah, sumber daya alam yang melimpah, dan industri pariwisata yang berkembang. Dengan rencana ambisius yang berfokus pada perluasan akses energi terbarukan, pengembangan industri hilir, dan peningkatan infrastruktur, Indonesia merupakan kekuatan global dan tujuan menarik bagi investor.

Namun, meskipun reformasi baru-baru ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi peraturan dan daya saing, masih terdapat kekhawatiran mengenai kurangnya transparansi, proteksionisme perdagangan, dan kelemahan kelembagaan yang menghambat perkembangan ekonomi yang dinamis.  

Kelemahan lainnya mencakup tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, kerentanan terhadap perubahan permintaan China, dan kerentanan terhadap bencana alam.

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro