Minyak kelapa/Homeremediesforlife
Health

Bukan Super Food, Minyak Kelapa Diduga Sebabkan Obesitas

Mutiara Nabila
Senin, 18 September 2023 - 19:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Minyak kelapa murni terkenal dengan beragam manfaatnya bagi tubuh, baik ketika dibalurkan atau untuk dikonsumsi. 

Minyak kelapa bahkan sering disebut bisa menjadi minyak pengganti yang lebih sehat dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Namun, beberapa studi terbaru menyebutkan sebaliknya. 

Meleansir Medical News Today, mengutip studi yang dipublikasikan di Journal of Functional Foods, minyak kelapa dosis rendah yang ditambahkan ke dalam makanan tikus selama delapan minggu menyebabkan perubahan metabolisme yang berkontribusi pada perkembangan obesitas dan penyakit penyerta terkait.

Penelitian tersebut menemukan bahwa minyak kelapa justru mengganggu kemampuan tikus untuk menggunakan leptin dan insulin dengan baik, dua hormon yang penting untuk mengatur pengeluaran energi, rasa lapar, dan cara tubuh menangani lemak dan gula.

Temuan ini mendukung hipotesis bahwa pola makan tinggi asam lemak jenuh dapat menyebabkan resistensi leptin. Pada saat resistensi leptin berkembang, jaringan penyimpanan lemak tubuh, yang dikenal sebagai jaringan adiposa putih, juga menjadi kurang responsif terhadap leptin.

Studi ini didasarkan pada penelitian sebelumnya di mana penulis mengamati bahwa minyak kelapa menghasilkan respons inflamasi sentral dan perifer, penambahan berat badan, persentase lemak yang lebih tinggi, penurunan pengeluaran energi, dan perilaku cemas pada tikus, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan sistemik.

Penelitian tersebut melibatkan 60 tikus yang dibagi menjadi tiga kelompok yang menerima suplemen cair. Satu kelompok, kelompok kontrol, menerima air. Kemudian, satu kelompok menerima 100 mikroliter minyak kelapa extra-virgin komersial, dan satu lagi menerima 300 mikroliter minyak kelapa yang sama.

Dosis harian minyak kelapa secara kalori sama dengan 13 gram lemak jenuh atau 5 persen kalori lemak jenuh untuk manusia dewasa yang sehat. 

Ilmuwan nutrisi Dr. Taylor Wallace menyebutkan studi ini menunjukkan bahwa minyak kelapa dapat mempersulit tubuh untuk merespons hormon penting yang mengatur rasa lapar dan penggunaan energi, setidaknya pada tikus. 

Hal ini berpotensi berkontribusi pada masalah seperti obesitas dan resistensi terhadap insulin, yang merupakan masalah utama diabetes.

 “Apa yang mereka temukan agak mengkhawatirkan: minyak kelapa tampaknya mengacaukan jalur sinyal normal di otak dan jaringan lain yang digunakan hormon-hormon ini untuk menyampaikan pesan-pesan mereka,” ungkap Wallace. 

Para peneliti juga menemukan bahwa minyak kelapa menghasilkan stres pada retikulum endoplasma yang merupakan area sel tempat protein dibuat dan diproses.

Ahli diet terdaftar Kristin Kirkpatrick mengutip sebuah penelitian pada tahun 2022 yang menyimpulkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian pada manusia yang menilai minyak kelapa. 

"Namun beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah yang dikonsumsi dan pengolahan minyak itu sendiri.”

Adapun, Dr. Wallace menyimpulkan dari penelitian tersebut agar jangan mengonsumsi minyak kelapa untuk meningkatkan kesehatan, karena minyak kelapa bukanlah makanan super.

Namun, dia menegaskan relevansi temuan penelitian ini dengan manusia masih belum jelas. Kirkpatrick mengatakan, belum bisa memastikan  pengaruhnya pada manusia,  namun penelitian menemukan bahwa tikus dan manusia memiliki genetika yang sama. 

Wallace menyebutkan beberapa faktor yang mungkin membedakan di antaranya perbedaan biologis, perbedaan dosis, lingkungan percobaan tikus yang dikontrol ketat yang tidak memiliki variabel yang ditemukan dalam penelitian pada manusia, keseragaman genetik, sistem hewan pengerat yang lebih sederhana, perbedaan antarspesies hewan pengerat, dan masalah etika.

“Karena faktor-faktor ini meskipun penelitian terhadap hewan pengerat dapat memberikan wawasan yang sangat berharga dan memandu penelitian lebih lanjut, hal ini biasanya masih dianggap sebagai tahap awal. Mereka dapat menyoroti bidang-bidang potensial yang menjadi perhatian atau manfaat yang perlu dipelajari lebih lanjut pada manusia," ungkap Wallace. 

Dia menambahkan bahwa setiap temuan biasanya perlu divalidasi melalui uji coba yang ketat dan terkontrol pada manusia sebelum kesimpulan pasti dapat dibuat.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro