Rambut rontok. Rambut yang sehat biasanya mencakup 90 persen anagen atau tumbuh, dan 10 persen telogen, atau rambut istirahat. /huffingtonpost
Health

Fakta di Balik Pandemi Bikin Rambut Rontok

Janlika Putri Indah Sari
Senin, 29 Maret 2021 - 15:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak dokter melaporkan peningkatan pada pasien yang menderita kerontokan rambut terkait dengan tekanan psikis alias stres.

Melansir dari thnewyorktimes, wanita bernama Samantha Hill setiap bulan sejak 2020 mengalami kerontokan rambut yang semakin meningkat. Bahkan, fenomena ini nyaris membuatnya botak.

Telah terjadi hal mengerikan yang menimpa hidupnya. Pertama, ia terguncang oleh kematian ayahnya pada bulan Januari tahun lalu. Hill merupakan seorang fotografer lepas berusia 29 tahun, ia baru saja menyesuaikan diri dengan keadaan dari duka citanya, namun pandemi melanda dan semakin menekan hidupnya.

Setelah berusaha bangkit dari ditinggal sang Ayah, kematian seorang temannya pada Juni membuat rambutnya semakin menipis. Bahkan Hill membuat folder foto di ponselnya yang berjudul Hairgate. Pada folder tersebut menampilkan setiap selfie yang dia ambil dalam empat tahun terakhir.

"Saya mencoba mencari tahu di mana semua ini menjadi salah," kata Hill, yang tinggal di bagian Williamsburg, Brooklyn.

Ini adalah kebingungan yang dialami banyak orang, terutama wanita selama beberapa bulan terakhir. Sikat dan saluran air mandi dipenuhi dengan rambut kusut.

Penelusuran Google untuk rambut rontok meningkat 8 persen dalam 12 bulan terakhir. Menurut perusahaan ilmu data Spate, dengan topik yang ditelusuri rata-rata lebih dari 829.000 kali sebulan di Amerika Serikat.

Menurut para ahli, melakukan aktivitas atau mengkonsumsi hal yang membuat frustrasi dan stres luar biasa akan membuat rambut rontok. Dan semakin meradang dengan Covid-19.

Fenomena ini dikenal sebagai telogen effluvium di dunia medis. Ini merupakan kondisi rambut rontok sementara yang disebabkan oleh demam, penyakit, dan stres parah. Sehingga mendorong lebih banyak rambut ke fase pelepasan untuk siklus hidup pertumbuhan rambut baru.

Meskipun rambut rontok cenderung dikaitkan dengan pria karena prevalensi kebotakan pola pria, telogen effluvium lebih sering terjadi pada wanita, yang sering mengalaminya setelah melahirkan.

Mengatasi Rambut Rontok Secara Holistik bagi mereka yang terjangkit virus, rambut rontok sudah menjadi gejala umum dari proses pemulihan. biasanya terjadi tiga hingga empat bulan setelah sakit, tetapi terkadang dialami lebih cepat.

“Segala jenis stres yang parah dapat memicunya rambut rontok entah itu stres pada tubuh Anda akibat penyakit atau stres emosional seperti kematian orang yang dicintai,” kata Abigail Cline, dokter kulit di New York Medical College yang telah melakukan penelitian tentang pandemi dan rambut rontok.

“Meskipun tidak semua orang terinfeksi Covid-19, kita semua hidup dengan virus itu sekarang," tambahnya.

Jerry Shapiro, seorang dokter kulit di NYU Langone Health yang mengkhususkan diri pada rambut rontok, mengatakan bahwa sementara rambut yang sehat biasanya mencakup 90 persen anagen atau tumbuh, dan 10 persen telogen, atau rambut istirahat. Rasio itu dapat bergeser menjadi 50-50 setelah mengalami demam tinggi atau penyakit, seperti flu.

“Saya meyakinkan pasien dengan telogen effluvium bahwa rambut mereka akan tumbuh kembali, tetapi itu akan memakan waktu.” tutup Cline.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro