Rudolf Dethu, anggota Koalisi Seni dan Co-Director Rumah Sanur Creative Hub, menunjukkan adanya ambiguitas dari berbagai tingkat Pemerintah Bali seperti Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, dan Pemerintah Kabupaten Badung dalam mengatasi pandemi Covid-19. Secara umum, berbagai usaha sektor pariwisata seperti restoran, kafe, bar dan klub sudah beroperasi kembali. Hanya saja, tidak semuanya menerapkan standar protokol kesehatan dengan baik: ada sejumlah tempat usaha yang mengabaikan protokol sama sekali, maupun hanya menerapkan protokol seadanya (menerapkan jarak antar pengunjung, namun mengabaikan jarak antar pengunjung ketika sudah duduk di satu meja).
Dethu, sebagai orang yang telah bertahun-tahun berkecimpung dalam skena musik, aktivisme, dan industri kreatif Bali, menekankan bahwa membuat 200 protokol pun tidak akan berpengaruh apabila tidak ada yang memantau pelaksanaannya. Berdasarkan pengamatan Dethu, sejauh ini belum ada pihak yang mendatangi tempat usaha industri kreatif untuk memastikan bahwa prosedur kesehatan diterapkan dengan baik: satu-satunya kasus yang sempat ia ceritakan adalah ketika polisi mendatangi sebuah klub untuk mengingatkan bahwa mereka beroperasi melewati jam malam yang ditentukan.
Kendati penerapan protokol keamanan yang jauh dari konsisten di tempat-tempat hiburan, Dethu mengatakan bahwa berbagai musisi, yang kerap menggantungkan penghidupan mereka dengan tampil di tempat-tempat tersebut, masih belum tampil juga. Namun, hal ini lebih disebabkan bahwa keberadaan musisi tidak dianggap hal primer bagi pengelola venue, yang berupaya memangkas pengeluaran selama pandemi. Ketika pengelola memutuskan untuk mulai mementaskan kembali musisi pun, tampaknya mereka akan memulai dengan set akustik alih-alih full-band.
Ketidakpastian mengenai kondisi pariwisata di Bali inilah yang membuat banyak pekerja sektor kreatif, termasuk seniman, memutuskan beralih ke pekerjaan lain terlebih dahulu, dari menjual makanan hingga kembali bertani dan menangkap ikan. Selaku Creative Hub, Rumah Sanur sendiri kini mengalihfungsikan diri sebagai tempat penyaluran bantuan bahan pokok bagi seniman dan orang lain yang membutuhkan. Padahal, jelas Dethu, Rumah Sanur sebelumnya bisa menyelenggarakan lebih dari 400 acara tiap tahunnya. Untuk sementara, mereka mematok baru akan melaksanakan aktivitas kembali pada bulan Agustus.