Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan kebutuhan tenaga kesehatan ortotik dan prostetik di Indonesia masih cukup tinggi. Kementerian Kesehatan pun terus berupaya meningkatkan jumlah tenaga kesehatan tersebut untuk memaksimalkan pelayan kesehatan bagi penyandang disabilitas.
Nila mengatakan, Kemenkes berupaya memberikan pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas melalui pelayanan ortopedi. Namun pelayanan itu perlu dimaksimalkan khususnya terkait jumlah tenaga kesehatan lulusan ortotik dan prostetik.
"Kami masih harus melakukan peningkatan seperti layanan khususnya jumlah prostetik dan ortotik. Sampai 2017 ada sekitar 350 lulusan ortotik dan prostetik. Rekomendasi WHO (World Health Organization) idealnya 1 tenaga kesehatan prostetik dan ortotik untuk 250 orang disabilitas per tahun," kata dikutip dari laman resmi Kemenkes, Rabu (16/1/2019).
Kebutuhan untuk prostetik dan ortotik di Indonesia masih tinggi, yakni mencapai 9.752 tenaga kesehatan prostetik ortotik.
Untuk meningkatkan jumlah tenaga kesehatan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan Kemenkes adalah menjalin kerja sama dengan Nippon Foundation melalui exceed worldwide dalam pengembangan JSPO (jurusan ortotik prostetik) di Poltekkes Jakarta 1. Kerja sama tersebut memiliki kontribusi tinggi dalam pemenuhan ahli ortotik prostetik.
Melalui kerja sama ini, JSPO telah mendapatkan pengakuan akreditasi internasional sebagai level kategori 1 yang merupakan kualifikasi pendidikan ortotik prostetik tertinggi dari International Society for Prosthetic and Orthotics (ISPO).
Nila berharap kerja sama antara Kemenkes dan Nippon Foundation dapat dilanjutkan dan diperluas ke program prioritas Kemenkes. Diharapkan juga JSPO Poltekkes Jakarta 1 dapat terus mempertahankan kualitasnya sebagai institusi pemegang level 1 kategori ISPO.
''JSPO Poltekkes Jakarta 1 semoga terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan akan meluluskan tenaga kesehatan yang unggul,'' kata Nila.