Ketua Asosiasi Industri Rekaman Indonesia Gumilang Ramadhan/Youtube
Fashion

Begini Peluang Musik Indonesia di Era Digital

Dika Irawan
Senin, 4 Juni 2018 - 19:21
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Di era digital, industri musik Indonesia berada dalam posisi menjanjikan. Salah satunya bergesernya para pendengar musik Tanah Air ke layanan streaming. Hal ini cukup menggemberikan karena perlahan-lahan mereka meninggalkan bajakan. Para pemangku kepentingan pun mulai berbenah demi menangkap peluang ini.

Ketua Asosiasi Industri Rekaman Indonesia Gumilang Ramadhan menuturkan industri musik Indonesia turut mengalami perubahan di zaman digital ini. Konsumsi musik beralih dari kaset pita, cakram padat, layanan unggah hingga streaming. Saat ini, ujarnya, Indonesia memasuki pasar streaming.

“Sekarang orang mulai terbiasa mendengarkan musik secara streaming,” katanya, Senin (6/4/2018).

Namun, menurutnya, hal itu baru terjadi di kota-kota besar. Sementara di kota-kota kecil dan daerah penetrasi pendengar streaming belum terjangkau. Selain karena masih terbatasnya akses teknologi, juga kesadaran mendengarkan streaming di wilayah-wilayah itu belum tumbuh.

“Tugas kami adalah mempromosikan streaming ke level bawah. Kami katakan kepada mereka bahwa musik yang kalian suka sudah ada platform streaming-nya. Balik lagi, promosi [masih kurang],” ujarnya.

Dia menambahkan promosi ini perlu dilakukan karena digitalisasi ini masih baru. Orang-orang selama ini terbiasa mengunggah musik bajakan di internet. Padahal, sekarang ada streaming. Hanya dengan berlangganan, pengguna dapat mengakses berbagai jenis musik yang disenangi.

“Saya rasa penetrasinya akan baik pada 3 hingga 4 tahun ke depan,” ujarnya.

Menariknya, lanjut Gumilang, di tengah situasi ini orang Indonesia mayoritas menyenangi musik. Hebatnya lagi, orang Indonesia menyenangi musik-musik dalam negeri. Adapun genre yang menjadi favoritnya adalah pop dengan lagu-lagu bernuansa cinta.

“Jadi sekarang tinggal dikenalkan. Kalian senang musik Indonesia, lewat streaming layanannya mudah dan murah,” ujarnya.

Dari sisi hak cipta, para pemangku kepentingan di industri musik juga tengah menyiapkan Project Portamento untuk mengatasi persoalan hak kekayaan intelektual. Portamento merupakan aplikasi yang memudahkan musisi dalam meraih royaltinya secara digital.

Board of Director Asosiasi Penerbit Musik Indonesia Irfan Aulia Irsal mengatakan, inisiasi tersebut sudah mendapat respon positif dari sejumlah lembaga di industri hak cipta internasional. Hal ini memperlihatkan Portamento tidak hanya dapat diimplementasikan di Indonesia tetapi juga di mancanegara.

“Kami ingin nantinya di Asia Tenggara, Portamento dapat diterapkan. Indonesia akan menjadi pionir,” ujarnya.

Inisiasi ini merupakan tuntutan zaman mengingat musik kini beralih ke digital. Hampir semua lagu diputar secara daring. Menurut Irfan, potensi di industri hak cipta sangat besar di era digital ini terutama setelah munculnya layanan streaming. Perusahaan label, dia mengumpamakan, dapat meraup keuntungan 2,6 triliun dari lagu-lagu yang diputar secara streaming.

Selain itu, lanjutnya, kini juga sedang diupayakan agar musisi penerima royalti bertambah.

“Contoh, Najril Irham [Ariel Noah] itu memiliki dua entitas sebagai pencipta lagu dan Noah. Jadi ketika dipanggil manggung, dia mendapat royalti dari Noah dan entitasnya sebagai pencipta,” ujarnya.

Dia menilai hal ini menandakan kesadaran hak cipta di Indonesia mulai tumbuh. Dahulu royalti hanya hanya dibayar ke satu grup musik, sementara pencipta tidak mendapatkannya.

“Sebab soal hak cipta ini ujungnya adalah kesehjateraan musisi. Kami ingin musisi itu dapat menikmati karyanya di saat mereka tak lagi aktif di dunia musik,” ujarnya.

Penulis : Dika Irawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro