Bisnis.com, JAKARTA - Interleukin-2 merupakan sejenis terapi imun yang dikembangkan oleh dokter Steven Rosenberg dari National Cancer Institute di Bethesda, Md, selama kurang lebih 40 tahun.
Sebuah percobaan terhadap pasien pengidap sinue melanoma (kanker hidung) menunjukkan proses kematian sel (nekrosis) yang ekstensif, sebulan setelah menjalani pengobatan.
Seperti dikutip dari www.jimmunol.org, sebuah jurnal imunologi, disebutkan setelah dua bulan sejak menjalani terapi Interleukin-2, jumlah penumpukan kanker menyusut drastis dan semua jejak kanker pada tubuh pasien hilang dalam beberapa bulan kemudian.
Rosenberg, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/4/2016) menyebutkan Interleukin-2 merupakan teknik imunoterapi efektif yang pertama di dunia bagi penderita kanker.
Interleukin-2 (IL-2) diklaim mampu mengembangkan sel T dengan mempertahankan aktivitas fungsional sel.
Penerapan IL-2 bisa menghasilkan efek yang tahan lama, lengkap dan tampaknya kuratif terhadap melanoma.
Sel T merupakan bagian dari darah putih yang memiliki kemampuan pertahanan dan aktifitas dalam memerangi sel kanker.
Berdasarkan aidsinfonet.org, IL-2 merupakan protein yang diproduksi oleh tubuh manusia.
Sel T- memproduksi IL-2 ketika sel tersebut distimulasi oleh infeksi. IL-2 mambantu sel yang melawan infeksi untuk menggandakan diri dan akhirnya matang. Jumlah sel T pasien yang menjalani terapi IL-2 akan meningkat. IL-2 juga disebut modulator imun.
IL-2 dapat dimasukkan ke tubuh pasien melalui infus intravena (pembuluh darah) atau suntikan dua kali sehari di bawah kulit.
Pasien yang menjalani terapi ini melalui infus intravena kemungkinan akan mengalami efek samping berupa darah rendah, penaikan berat badan, dan lain-lain.
Sementara itu, efek samping terapi lewat injeksi biasanya lebih ringan.