BISNIS.COM, JAKARTA -Saat ini kegiatan fotografi tidak hanya didominasi oleh juru kamera media massa atau para fotografer profesional, tetapi telah menjelma menjadi bagian fashion and lifestyle di kalangan anak muda.
Di Jakarta misalnya, jumlah komunitas pehobi seni memotret terus meroket selama beberapa tahun belakangan. Peningkatan peminat fotografi dikalangan pemuda ini memunculkan istilah baru yang disebut “Everybody’s a photographer” (semua orang adalah fotografer).
Istilah tersebut bermula dari sebagian kalangan yang skeptis dengan maraknya komunitas fotografi yang tak jarang anggotanya kurang paham teknik memotret yang tepat. Mereka beranggapan bahwa siapa saja dapat menjadi fotografer hanya dengan bermodalkan kamera Digital Single-Lens Reflect (DSLR).
Seperti dijumpai di kawasan Kota Tua Jakarta pada Sabtu (16/3/2013), sejumlah anak muda yang tergabung dalam berbagai komunitas fotografi tampak memenuhi hampir setiap sudut lapangan di depan Museum Fatahillah. Sebagian besar dari mereka tampil dengan busana trendi dan membawa berbagai tipe kamera keluaran baru.
Tiara, 19 tahun, salah satu anggota komunitas pehobi fotografi yang dijumpai di Kota Tua akhir pekan lalu, mengaku telah menggeluti seni memotret selama setahun terakhir meskipun belum dapat memotret layaknya fotografer profesional. “Kan seru tuh, bisa ngumpul bareng teman di sini, ketemu komunitas lain, sharing gitu lah,” ujarnya.
Menanggapi fenomena “Everybody’s a photographer”, Ria Wardhani, 29 tahun, yang berprofesi sebagai fotografer profesional untuk salah satu media online, menilai fotografi sekarang menjadi bagian dari gaya hidup. “Kalau menurutku sih, sah-sah saja. Semua orang memang bisa motret, tapi kalau dibilang semua orang bisa jadi fotografer aku kurang sepakat.”
“Fotografer harus ahlim paham teknik dan bisa bikin foto yang ‘bercerita’. Sama seperti semua orang bisa menggambar, tetapi tidak semua orang bisa jadi pelukis,” sambung fotografer asal Surabaya tersebut.
