Bisnis.com, JAKARTA - Kelahiran prematur di Indonesia masih cukup tinggi meskipun jumlahnya sudah berkurang. Oleh karena itu, penting mengetahui faktor risiko dan pencegahannya agar ibu dan bayi sehat.
Secara definisi, dr. Ayu Sasmita Rany dari Rumah Sakit Fatmawati menjelaskan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
"Di bawah 37 minggu itu luas ya, bisa 32 bisa 28 gitu ya. Jadi biasanya nanti dibagi lagi gitu, ada yang bayi amat sangat prematur itu kurang dari 28 minggu. Kemudian ada bayi yang sangat prematur 28 sampai 32 minggu, dan ada bayi yang prematur akhir yaitu 34 sampai 36 minggu gitu. Tapi secara keseluruhan memang yang disebut adalah yang lahirnya kurang dari 37 minggu," terangnya dalam live bersama Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kamis (21/8/2025).
dr. Ayu menyebutkan di Indonesia saat ini dibandingkan zaman dengan dulu angka kelahiran bayi prematur sudah jauh menurun karena banyak faktor, mulai dari fasilitas kesehatan dan alat-alat kesehatan yang sudah semakin maju.
"Namun, prevalensinya saat ini masih antara 10% sampai 16% dari seluruh kehamilan per tahunnya itu sekitar 600.000 kelahiran per tahun. Jadi kalau misalnya 10% berarti kan dari 10 kelahiran, ada 1 nih yang lahir prematur. Jadi sebenarnya sih masih cukup banyak," katanya.
Faktor Risiko Bayi Lahir Prematur
Faktor-faktor yang bisa meningkatkan resiko seorang ibu mengalami kelahiran yang prematur bisa dari faktor ibu, bayi, dan kehamilannya.
Faktor Ibu
• Usia ibu terlalu muda kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
• Ibu mengalami sakit atau kondisi medis tertentu seperti hipertensi, preeklamsi dalam kehamilan, atau diabetes
• Gizi ibunya, misalnya ibu mengalami gizi kurang atau gizi buruk
Faktor Kehamilan
• Bayinya kembar, kembar dua atau lebih
• Bayinya memiliki kelainan bawaan seperti kelainan kromosom
• Ketubannya pecah duluan
• Ibu mengalami infeksi
Bayi yang lahir prematur dapat mengalami berbagai tantangan karena organ-organ di dalam tubuhnya belum matang, sehingga akan memerlukan perawatan intensif sampai bayi mencapai berat badan normal.
Bayi prematur umumnya bisa mengalami kesulitan bernapas karena parunya belum matang dan belum bisa berkembang dengan baik. Kemudian, sistem pencernaan yang belum matang juga bisa menyebabkan bayi prematur mudah mengalami peradangan pada usus, sehingga bayi tersebut tidak bisa diberi susu formula dan harus minum ASI.
Selain itu, dengan lahir prematur, sistem imun pada bayi juga belum sepenuhnya berkembang, sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Kemudian, karena kulit yang masih tipis dan jaringan lemak yang kurang, juga bisa menyebabkan bayi mengalami hipotermia.
Kelahiran prematur juga dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang, seperti gangguan pernapasan, komplikasi jantung, atau masalah kesehatan jangka panjang seperti kerusakan otak atau gangguan penglihatan.
"Bayi normal saja baru lahir sistem imunnya belum kuat dan sangat rentan terhadap infeksi, apa lagi bayi prematur. Ini yang menjadi tantangan, dan mengapa bayi prematur kerap harus dirawat di NICU," jelasnya.
Pencegahan Kelahiran Prematur
Untuk mencegah kelahiran bayi prematur, dr. Ayu mengatakan untuk menghindari faktor risiko dari sisi usia, dengan menjalani kehamilan di usia yang tepat.
Kemudian pertahankan berat badan ideal dan asupan gizi yang baik sebelum dan selama hamil. Pada ibu hamil dengan risiko tinggi juga bisa mendapatkan langkah-langkah pencegahan seperti pemberian hormon progesteron atau pemasangan cerclage serviks dapat dipertimbangkan untuk mencegah kelahiran dini.
Dengan penanganan dan perawatan yang tepat dan berkualitas, serta mendapatkan tindakan yang tepat, kelahiran prematur bisa dihindari dan bayi prematur juga tetap memiliki peluang hidup yang baik.