Ilustrasi sakit jantung/rsciputra
Health

Sederet Alasan Henti Jantung Makin Sering Menyerang Usia Muda

Mutiara Nabila
Kamis, 24 Juli 2025 - 12:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Orang-orang di bawah usia 40 tahun kini semakin banyak melaporkan kematian akibat henti jantung.

Sebelumnya, kasus ini dianggap jarang terjadi pada usia muda. Namun, kini orang-orang yang tampak sehat, seperti pelajar, atlet, dan profesional, dapat tiba-tiba pingsan akibat henti jantung.

Masyarakat umum dan di bidang kesehatan mengkhawatirkan tren yang terus berkembang ini. Lalu apa masalahnya, dan apa saja tanda-tanda yang perlu kita semua waspadai?

Beda Henti Jantung dan Serangan Jantung

Henti jantung terjadi ketika jantung berhenti berdetak tiba-tiba atau berdetak sangat cepat, sehingga menghambat aliran darah ke otak dan organ-organ penting lainnya. 

Henti jantung dapat berakibat fatal dalam hitungan menit jika tidak ada yang bertindak cepat, umumnya dengan CPR atau defibrilasi.

Henti jantung tidak sama dengan serangan jantung. Saat serangan jantung, aliran darah ke otot jantung terputus. Sebaliknya, saat henti jantung, sistem kelistrikan jantung yang menurun.

Lalu, mengapa kondisi ini semakin parah di kalangan dewasa muda?

1. Masalah jantung tidak ditemukan

Banyak anak muda tidak tahu bahwa mereka memiliki masalah jantung yang disebabkan oleh genetik atau sudah ada sejak lahir.

Masalah jantung seperti penyakit arteri koroner (penyumbatan pembuluh darah jantung) adalah penyebab paling umum kematian jantung mendadak. 

Masalah jantung seperti kardiomiopati hipertrofik, sindrom QT panjang, atau kardiomiopati ventrikel kanan aritmogenik dapat memengaruhi fungsi jantung dan meningkatkan risiko henti jantung mendadak, terutama saat Anda berolahraga.

2. Pola makan dan gaya hidup

Orang-orang zaman sekarang yang tidak berolahraga dan mengonsumsi banyak makanan olahan, gula, dan lemak jahat lebih mungkin terkena penyakit jantung dan masalah kardiovaskular lainnya lebih dini. 

Masalah-masalah ini meliputi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, dan diabetes melitus.

3. Penggunaan obat-obatan

Aritmia (detak jantung tidak teratur) atau tekanan cepat pada jantung dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan untuk bersenang-senang, seperti vaping, atau bahkan konsumsi kafein atau minuman berenergi secara berlebihan.

Beberapa pil olahraga juga mengandung stimulan, yang dapat berbahaya jika digunakan terlalu banyak atau dengan cara yang salah.

4. Efek panjang setelah COVID

Semakin banyak data menunjukkan bahwa COVID-19 dapat melukai atau mengiritasi jaringan jantung seiring waktu, bahkan dalam kasus ringan. 

Hal ini terkadang dapat meningkatkan risiko miokarditis, yang diketahui menyebabkan kematian jantung mendadak pada anak muda dan juga dapat menyebabkan pembuluh darah jantung menggumpal.

5. Kesehatan otak dan stres

Stres, kecemasan, dan depresi jangka panjang yang tidak ditangani dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, membuat sulit tidur, dan memperburuk peradangan. Semua hal ini memberi tekanan pada sistem kardiovaskular seiring waktu. 

Beberapa masalah jantung, seperti kardiomiopati yang dipicu stres, telah dikaitkan langsung dengan kekhawatiran emosional.

6. Bekerja terlalu keras tanpa pengawasan

Orang yang tidak tahu bahwa mereka memiliki masalah jantung mungkin lebih mungkin mengalami masalah jantung jika mereka melakukan banyak aktivitas fisik yang intens tanpa pengawasan medis atau istirahat yang tepat. 

Atlet muda misalnya, mungkin memaksakan diri terlalu keras tanpa menyadari bahwa jantung dan paru-paru mereka tidak sekuat yang mereka kira. 

Tanda-tanda yang Perlu Diwaspadai

Serangan jantung biasanya terjadi dengan cepat, tetapi terkadang ada tanda-tanda ringan yang menunjukkan ada sesuatu yang salah sebelum serangan. 

Bagaimana mengurangi risikonya?

1. Periksakan diri

Dewasa muda yang memiliki riwayat penyakit jantung atau jatuh dalam keluarga harus menjalani tes skrining jantung, seperti EKG atau ekokardiogram.

2. Jadikan kebiasaan sehat jantung sebagai prioritas utama

Untuk memiliki kesehatan peredaran darah yang baik, Anda perlu makan dengan baik, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup.

3. Jangan terlalu banyak mengonsumsi stimulan

Saat mengonsumsi obat-obatan, minuman berenergi, atau suplemen yang mengandung banyak stimulan, berhati-hatilah.

4. Jaga kesehatan mental dan stres Anda

Menggunakan metode mindfulness, terapi, atau relaksasi secara teratur dapat membantu mengurangi stres jangka panjang dan kerusakan jantung yang ditimbulkannya.

5. Ketahui cara melakukan resusitasi jantung paru (RJP)

Tindakan cepat dapat menentukan hidup dan mati dalam keadaan darurat jantung.

Beberapa orang mempelajari RJP dan cara menggunakan AED di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja, dan keterampilan tersebut dapat menyelamatkan nyawa.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro