Bisnis.com, JAKARTA - Gizi merupakan sari-sari makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Gizi sangat diperlukan oleh tubuh karena berfungsi sebagai faktor pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat kognitif seseorang.
Anak dengan gizi kurang akan mudah mengantuk dan kurang semangat sehingga dapat mempengaruhi proses belajar serta berfikir anak. Selain itu, masalah gizi pada anak dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, kematian pada ibu dan anak, serta kurangnya produktivitas kerja.
Dilansir dari laman kemenkes, anak pada usia sekolah masih dalam tahap bertumbuh dan berkembang sehingga cukup berisiko terkait masalah gizi. Adapun risiko jangka pendek yang dapat ditimbulkan, yaitu kondisi apatis pada anak, gangguan dalam berkomunikasi dan gangguan perkembangan lainnya.
Sementara itu, risiko jangka panjang yaitu menurunnya IQ anak, terjadi penurunan kognitif, gangguan integrasi sensorik, gangguan atensi, kurangnya rasa percaya diri, dan turunnya prestasi belajar anak.
Pada seorang anak semakin bertambah umur, aktivitas fisik anak lebih banyak. Saat usia anak 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai :
1. Periode pertumbuhan berjalan terus dengan mantap.
2. Dalam periode tumbuh kembang ini porsi makan anak lebih besar karena kebutuhannya semakin besar mengingat bertambahnya BB dan aktivitas.
3. Pada anak sekolah : kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina meningkat secara progresif. Prosentase lemak tubuh juga meningkat sebagai persiapan menghadapi pertumbuhan remaja.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi dapat mempengaruhi gizi seseorang.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat mempengaruhi status gizi.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan sehingga tubuh tidak mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
5. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme bertambah dengan cepat akibat dari faktor tumbuh dan kembang yang cepat pada usia tersebut.
Pemilihan Bahan Makanan
Pola hidangan sehari yang dianjurkan adalah makanan yang seimbang yang terdiri atas :
1. Zat tenaga : Karbohidrat, Lemak
2. Zat pembangun : Protein dan Mineral
3. Zat pengatur : Mineral, Vitamin, Air
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2025, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersama sejumlah dunia usaha termasuk Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) menggelar kegiatan “Hari Anak Nasional 2025 - Anak Indonesia Bersaudara”.
Bertema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”, kegiatan ini mencerminkan pentingnya memenuhi hak anak, termasuk memperhatikan masa pertumbuhan anak-anak untuk menciptakan generasi masa depan Indonesia yang Maju.
Nani Hidayani, Ketua Umum APPNIA mengatakan bahwa untuk mendukung pencapaian Generasi Emas 2045, seluruh perusahaan anggota APPNIA terus memastikan tersedianya akses pada produk nutrisi dan juga edukasi tentang pemenuhan gizi, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK).
“Kebijakan pemerintah di 5 tahun ke depan terus memastikan akan perbaikan nutrisi. Penting bagi kita bersama pemerintah mendukung perwujudan Indonesia Emas lewat pemenuhan akses pada kecukupan nutrisi. Kami memiliki misi membantu meningkatkan status gizi masyarakat, khususnya Ibu dan Anak di 1000 HPK. Karena itu, seluruh perusahaan yang tergabung dalam APPNIA didorong untuk berkontribusi dalam pemenuhan gizi dan pencegahan stunting. Kami menghimbau seluruh orang tua penting mendapatkan edukasi terhadap pilihan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan anak,” jelas Nani.
Lebih lanjut, Nani menjelaskan bahwa pemenuhan gizi anak idealnya dimulai sejak ibunya masih remaja, bahkan sebelum masa kehamilan. Ia menekankan bahwa masih banyak orang tua yang belum memahami pentingnya tahapan pemberian nutrisi ini.
“Yang paling dekat dimulai dari rumah. Orang tua harus memahami pentingnya pemenuhan gizi bagi anak, karena masa 1.000 HPK merupakan periode krusial dalam tumbuh kembang anak. Gizi ibu hamil harus dipenuhi sejak awal, bahkan sejak masa remaja lewat pemenuhan asupan zat gizi. Saat anak sudah lahir, anak juga harus mendapatkan gizi yang baik. APPNIA sangat mendukung pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Barulah setelah usia 6 bulan, anak dapat dikenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan dilanjutkan dengan makanan lokal yang bergizi seperti sayur, buah, nasi, daging, ikan, telur, susu, dan sumber protein lainnya, sesuai standar gizi yang berlaku,” papar Nani.
Dia menambahkan, APPNIA memiliki sistem pengawasan internal yang ketat, khususnya untuk pemasaran produk susu formula bayi usia 0–12 bulan. Dukungan penuh diberikan pada pemberian ASI eksklusif tanpa tambahan makanan/minuman hingga usia 6 bulan.
“Kolaborasi ini bukan hanya simbolis, tetapi nyata dalam berbagai program. Kami berharap ke depan bisa terus berjalan bersama pemerintah dalam memperluas akses nutrisi dan edukasi, demi mewujudkan generasi emas Indonesia tahun 2045,” ungkap Nani.
Kementerian PPPA menyoroti tantangan utama dalam pola asuh keluarga, termasuk rendahnya pemahaman perkembangan anak hingga pengaruh lingkungan negatif.
Menteri PPPA Arifah Choiri Fauzi mengatakan, kolaborasi lintas sektor menjadi salah satu cara untuk mengatasi kompleksitas tantangan tersebut dan membangun lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
“Mewujudkan anak hebat menuju Indonesia Emas 2045 membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Berdasarkan arahan Presiden, kementerian tidak bisa jalan dan sukses sendiri, melainkan harus terus berkolaborasi. Saya melihat semua mitra datang dengan hati untuk menyelesaikan permasalahan ini ”
Acara ini turut dihadiri dan dibuka oleh Selvi Ananda istri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta Arifah Fauzi selaku Menteri PPPA dan Veronica Tan selaku Wakil Menteri PPPA. Bersama lebih dari 1000 anak Menteri PPPA menggelar jalan pagi dan permainan tradisional bersama, yang dilanjutkan dengan nonton bersama film Jumbo yang diikuti oleh lebih dari 400 anak anak-anak dari panti asuhan, peserta didik penyandang disabilitas, dan anak-anak dari rumah susun di wilayah DKI Jakarta.
Perayaan HAN 2025 mencapai puncaknya di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, pada 23 Juli mendatang. Tahun ini, perayaan dilakukan secara desentralistik, yakni ribuan kegiatan digelar serentak di sekolah‑sekolah dan komunitas di seluruh Indonesia agar mereka merasa hari itu adalah hari bermain bersama. Kegiatan yang dilakukan berfokus pada empat aktivitas utama yaitu bermain permainan tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, menyanyikan lagu-lagu nasional, dan mendengarkan dongeng tentang pahlawan di daerah masing-masing.