Bisnis.com, JAKARTA - Dalam tinjauan dan meta-analisis terkini yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients, para peneliti mengumpulkan, mengevaluasi secara statistik, dan mendiskusikan hasil dari literatur sebelumnya tentang efek konsumsi brokoli pada berbagai jenis kanker.
Mereka meneliti lima repositori ilmiah daring dan mengidentifikasi 23 studi kasus-kontrol dan 12 studi kohort yang relevan dengan topik yang diteliti.
Temuan mereka dari gabungan sampel kohort lebih dari 730.000 orang menunjukkan bahwa konsumsi brokoli yang lebih rendah dikaitkan dengan prevalensi kanker yang lebih tinggi, yang menunjukkan bahwa konsumsi sayuran silangan ini secara sering dapat memberikan efek perlindungan terhadap berbagai kanker.
Sayangnya, studi kasus-kontrol yang disertakan hanya menunjukkan signifikansi statistik yang tidak signifikan dalam sebagian besar pengujian, dan studi kohort dianggap tidak cukup dalam menetapkan sifat kemopreventif brokoli, yang mendorong para peneliti untuk menyoroti bahwa kehati-hatian harus dilakukan ketika menafsirkan hasil dari penelitian ini.
Terlepas dari keterbatasan ini, brokoli secara luas dianggap sebagai makanan sehat dengan sedikit atau tidak ada efek samping yang dilaporkan dalam konsumsinya, bahkan melebihi jumlah harian yang direkomendasikan. Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum mekanisme biologis manfaat khusus kanker brokoli dapat dikonfirmasi, manfaat holistik dari konsumsi brokoli tetap ada.
Bahaya kanker dan perlunya mengidentifikasi pilihan pencegahan terhadap penyakit
‘Kanker’ adalah istilah umum untuk spektrum penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan pembelahan sel-sel tubuh yang tidak terkendali dan abnormal. Ini adalah kondisi yang mengkhawatirkan dan sering kali mengancam jiwa yang saat ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular (CVD) dalam merenggut nyawa manusia setiap tahun.
Meskipun kemajuan medis signifikan telah mengurangi angka kematian terkait kanker sejak akhir tahun 1990-an, di negara-negara maju, angka kematian akibat penyakit ini bahkan melampaui angka kematian akibat penyakit kardiovaskular, dengan tahun 2020 saja telah menyaksikan kematian lebih dari 10 juta pasien dan kejadian baru kanker pada 19,3 juta pasien lainnya.
Perilaku kesehatan yang dapat dimodifikasi, terutama tidur, aktivitas fisik, dan kepatuhan terhadap pola makan, telah mendapatkan popularitas di kalangan ilmuwan dan masyarakat yang peduli kesehatan, khususnya setelah pandemi penyakit virus korona 2019 (COVID-19). Penelitian telah menunjukkan bahwa hanya beberapa modifikasi dalam perilaku ini dapat memberikan manfaat besar terhadap penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, dan kondisi kesehatan mental.
Sayuran silangan telah menjadi perhatian epidemiologis tertentu mengingat banyaknya biomolekul antikanker yang diketahui seperti prekursor isothiosianat, glukosinolat, dan indole-3-karbinol.
Sayangnya, meskipun beberapa penelitian menunjukkan efek menguntungkan dari kembang kol, kubis, kubis brussel, dan brokoli pada beberapa jenis kanker (paru-paru, lambung, pankreas, kolorektal, ginjal, ovarium, prostat, dan payudara), penelitian ini biasanya mencakup kelompok sampel kecil, periode tindak lanjut yang tidak memadai, dan sering kali menghasilkan hasil yang membingungkan.
Hingga saat ini, belum ada meta-analisis yang berupaya menjelaskan manfaat brokoli (Brassica oleracea var. Italica) dalam mengurangi risiko kanker. Selain memiliki manfaat yang sama dengan sayuran silangan yang disebutkan di atas, brokoli merupakan sumber sulforafan dan mirosinase yang kaya, keduanya merupakan modulator anti-oksidasi yang ampuh dan senyawa anti-kanker yang dikenal, yang menunjukkan bahwa konsumsinya dapat menghambat neogenesis dan perkembangan kanker.