Bisnis.com, JAKARTA - Merokok merupakan salah satu beban terbesar baik bagi kesehatan dan juga bagi lingkungan. Namun, untuk menghentikan kebiasaan ini bisa sangat berat bagi penggunanya.
Penasehat Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan Direktur RS Persahabatan, Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa rokok adalah salah satu penyebab utama kematian yang sebenarnya dapat dicegah.
Pasalnya, bahan-bahan kimia berbahaya yang ditemuka dalam rokok bisa menyebabkan kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Asma, dan infeksi paru lainnya.
Sayangnya, dengan bahaya yang mengintai, pengguna rokok justru terus bertambah, terutama dari kalangan usia muda di bawah 18 tahun. Berdasarkan data Global Adult Tobacco Survey bahwa pengguna rokok elektronik di usia 15 tahun ke atas meningkat 13 kali lipat dari 480.000 pengguna pada 2011, menjadi 6,6 juta pengguna pada 2021.
Belum lagi, alih-alih berhenti merokok, banyak perokok atau yang belum pernah merokok justru beralih menggunakan rokok elektronik atau vape yang sering dianggap lebih aman, padahal tidak sama sekali.
"Padahal penggunaan vape ini justru bisa menambah masalah baru, termasuk dikaitkan dengan masalah kesehatan mental pada anak muda, karena dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres yang bisa mempengaruhi kualitas hidup dan berujung pada percobaan bunuh diri," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/6/2025).
Di sisi lain, faktanya percobaan berhenti merokok memang penuh tantangan. Agus mengungkapkan bahwa 63,4% perokok pernah mencoba ingin mengurangi atau berhenti merokok sepenuhnya. Namun 9 dari 10 perokok yang mencoba berhenti malah gagal.
Agus mengungkapkan bahwa saat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah merekomendasikan untuk menggunakan terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy), yang lebih mudah diakses masyarakat luas.
Apa itu NRT?
NRT adalah obat yang mengandung nikotin. Namun, tidak seperti rokok, nikotin dalam NRT sudah teruji klinis lebih aman, tidak menyebabkan kanker dan penyakit paru.
NRT berfungsi untuk mengurangi keinginan merokok secara bertahap dan perlahan mengurangi asupan nikotin sehingga para perokok tidak mengalami kecanduan atau sakau akibat putus nikotin.
"NRT ini terbukti klinis lebih efektif 5 kali lipat untuk membantu orang berhenti merokok dibandingkan dengan yang hanya dengan niat sendiri," ungkap Agus.
NRT juga jauh lebih tidak adiktif daripada rokok, tetapi tetap bisa membantu mengurangi keinginan untuk merokok.
Rokok dirancang untuk memasukkan nikotin ke otak dengan cepat, secepat 7 detik. Hal ini bisa memberikan sensasi nikmat dan membuat merokok sulit dihentikan.
Sementara itu, NRT bekerja mengirimkan nikotin ke otak dengan dosis yang lebih sedikit dan dalam waktu yang jauh lebih lambat, sehingga bisa membuat perokok perlahan terbiasa tidak mengonsumsi banyak nikotin dari rokok.
NRT juga akan mengurangi perasaan tidak nyaman yang kerap didapatkan dari penghentian nikotin. Ketika seseorang berhenti merokok untuk sementara waktu, mereka mungkin akan merasa mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, atau sulit tidur.
Dengan menggunakan NRT, bisa membantu mengatasi masalah ini, yang pada akhirnya membantu perokok berhenti merokok untuk selamanya.
Menggunakan NRT untuk berhenti merokok juga biasanya bersifat sementara, umumnya direkomendasikan selama 8 hingga 12 minggu.
Di Indonesia, saat ini sudah ada produk NRT yang bisa diakses oleh umum, telah mendapat izin BPOM dan bisa dibeli bebas di apotek. Salah satunya Nicorette yang berbentuk permen karet.
Fika Yolanda, Associate Marketing Director Kenvue Indonesia, yang memproduksi Nicorette, mengatakan NRT sudah bisa digunakan oleh masyarakat umum, bahkan sejak usia 18 tahun, untuk membantu berhenti merokok.
"Agar lebih masif, kami akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan edukasi lebih luas kepada masyarakat, terutama kepada perokok yang masih berusia muda," imbuhnya.