Bisnis.com, JAKARTA — Film dokumenter pendek berbasis kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) garapan Indonesia, yakni Nusantara meraih penghargaan bergengsi Palme d'Or di Festival Film Cannes 2025.
Film pendek yang diproduksi oleh Neyra Vision ini mendapatkan anugerah Film Dokumenter Terbaik di Festival Film Internasional AI selama Festival Cannes melalui tahap seleksi.
Marketing and Business Development Neyra Vision Devi Erna Rachmawati mengatakan proses pembuatan film dokumenter pendek yang melibatkan 40 tim ini merupakan hasil transfer teknologi dari beberapa negara, termasuk Indonesia.
“Kami ingin Indonesia tidak kalah dari segi human resource. Kita [Indonesia] punya human resource anak-anak generasi milenial, generasi Z yang sangat-sangat bagus kemampuannya,” kata Devi saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (27/5/2025).
Bahkan, dia juga menuturkan bahwa pihaknya akan segera meluncurkan Neyra Academy di ranah AI untuk mengembangkan potensi generasi muda.
Dalam hal permodalan, untuk membuat satu film dokumenter pendek AI, kata Devi, hanya perlu menanamkan investasi yang jauh lebih murah dibandingkan produksi film asli, atau bisa dipangkas hingga 50%, tetapi tidak mengesampingkan dari sisi kualitas.
“Apalagi kalau film asli dokumenter kayak gini bisa habis ratusan miliar. Ini kita lebih murah daripada film real-nya. Namun, kualitasnya mungkin bisa dilihat tidak kalah dengan real-nya, bahkan mungkin lebih bagus karena sekarang teknologi sudah sangat berkembang,” ungkapnya.
Untuk saat ini, Devi mengaku Neyra Vision memiliki beragam investor dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari Rusia hingga Amerika Serikat (AS). Terlebih, lanjut dia, sebanyak 10 investor baru terus menghampiri pasca film Nusantara menyabet anugerah Film Dokumenter Terbaik di Festival Film Internasional AI.
“Kami pun saat ini akan screening investor yang sesuai dengan visi misinya kita untuk mengangkat sejarah Indonesia melalui film Nusantara, sejarah kerajaan Majapahit melalui film Nusantara,” ujarnya.
Dalam garapan film dokumenter pendek AI ini Neyra Vision tetap melibatkan sisi humanis, di mana pengisi suara tetap menggunakan suara asli dari aktor maupun aktris.
“Ini kita boleh dikatakan kita hybrid lah ya. Jadi tidak pure dari wajah AI semua, tetapi mengangkat aktor dan aktris Indonesia,” imbuhnya.
Pihaknya juga bakal mendorong agar film Nusantara ikut ke dalam tahap seleksi di Piala Oscar. Namun pada dasarnya, pihaknya ingin mengangkat Indonesia ke kancah internasional, sehingga teknologi AI dan sumber daya manusia (SDM) bisa dikenal luas.
“Harapannya dengan mengangkat film Nusantara sejarah tentang Gajah Mada, Kerajaan Majapahit, Indonesia bisa dikenal di kancah internasional,” tuturnya.
Ke depan, Neyra Visio berharap pemerintah segera membuat regulasi terkait AI agar Indonesia bisa memperkenalkan budaya ke luar negeri melalui industri kreatif. Dengan begitu, akan terbuka peluang baik dari sisi kerja sama antara pemerintah maupun bisnis alias Government to Government (G2G) dan Business to Business (B2).
“Karena kan memang teknologi sekarang ini berkembang sangat pesat dan sangat cepat, kita harus mengikuti itu. Generasi muda kita harus kita training untuk penggunaan AI,” tuturnya.
Untuk itu, Neyra Vision berharap agar pemerintah segera menerbitkan AI di Indonesia agar teknologi ini tidak disalahgunakan, namun justru untuk hal-hal positif yang bisa mengangkat Indonesia ke antar internasional.
Dia juga menjelaskan bahwa penggunaan AI bukan hanya untuk kebutuhan film, melainkan juga untuk memudahkan proses-proses bisnis.
“Indonesia jangan kalah dan ini kita membuktikan bahwa Indonesia enggak kalah [dengan negara lain],” tandasnya.