Bisnis.com, JAKARTA- Pola pengasuhan atau parenting memiliki peran penting dalam membentuk karakter, perilaku, dan masa depan anak. Gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua dapat memengaruhi tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan akademis.
Apa itu Parenting?
Dilansir dari healthyplace.com, Selasa (23/04/2025) parenting adalah proses membesarkan anak sejak lahir hingga mencapai kedewasaan yang mandiri. Orang tua juga berperan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak di setiap tahap perkembangannya, merawat dan menyayangi anak.
Orang tua juga wajib memenuhi tanggung jawab orang tua yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Tindakan merawat anak yang tidak selalu berkaitan dengan hubungan biologis
Saat melakukan parenting, orang tua sebaiknya menciptakan lingkungan yang sehat saat anak tumbuh dan melakukan tindakan untuk memastikan perkembangan sosial dan pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai yang dianut
Simak 4 Tipe Parenting
Dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, Selasa (23/04/2025) gaya pola asuh orang tua memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak, baik secara emosional, sosial, maupun akademis.
Para ahli mengkategorikan gaya pola asuh ke dalam empat jenis utama, yaitu otoriter, otoritatif, permisif, dan tidak terlibat. Masing-masing memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda terhadap anak.
1. Pola Asuh Otoriter
Orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung menetapkan aturan yang ketat dan mengharuskan anak untuk mematuhinya tanpa adanya ruang untuk diskusi. Komunikasi berlangsung satu arah, dan kesalahan anak biasanya direspons dengan hukuman. Gaya ini menekankan standar tinggi dan minim fleksibilitas serta kehangatan.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini umumnya patuh dan terampil mengikuti instruksi. Namun, mereka juga berisiko menunjukkan perilaku agresif, pemalu, kurang percaya diri, dan kesulitan dalam mengambil keputusan. Kurangnya bimbingan emosional juga dapat memicu rasa rendah diri dan pemberontakan terhadap figur otoritas di kemudian hari.
2. Pola Asuh Otoritatif
Berbeda dengan pola otoriter, orang tua otoritatif menjalin hubungan yang dekat dan hangat dengan anak. Mereka tetap menetapkan aturan yang jelas, namun disertai penjelasan dan keterlibatan anak dalam proses penetapan aturan tersebut. Disiplin digunakan sebagai alat pendukung, bukan hukuman.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola ini umumnya lebih percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu mengatur emosi dengan baik. Mereka juga memiliki harga diri yang tinggi serta menunjukkan prestasi akademis yang lebih baik.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif ditandai dengan sikap hangat dan terbuka, namun minim aturan dan ekspektasi. Orang tua dengan gaya ini jarang memberikan disiplin dan lebih berperan sebagai teman daripada figur otoritas.
Kebebasan yang luas dapat membuat anak-anak cenderung impulsif, menuntut, dan sulit mengontrol diri. Mereka juga berisiko mengalami masalah kesehatan seperti obesitas akibat pola makan yang tidak teratur. Meskipun demikian, anak-anak ini umumnya memiliki kepercayaan diri yang baik dan keterampilan sosial yang cukup.
4. Pola Asuh Tidak Terlibat
Orang tua yang tidak terlibat biasanya hanya memenuhi kebutuhan dasar anak tanpa menjalin hubungan emosional yang mendalam. Komunikasi sangat minim, tanpa aturan atau dukungan yang jelas.
Anak-anak dari pola asuh ini kerap menunjukkan kemandirian yang tinggi karena terbiasa mengandalkan diri sendiri. Namun, mereka juga rentan mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, menghadapi tantangan akademis, serta menjalin hubungan sosial.
Keempat pola asuh ini menunjukkan bahwa pendekatan orang tua dalam membesarkan anak dapat berdampak jangka panjang terhadap perkembangan dan kesejahteraan anak. (Siti Laela)