Ilustrasi Ibu Hamil. Bisnis
Health

Mengenal dan Cara Mencegah Preeklamsia, Disebut Penyebab Wafatnya R.A. Kartini

Mutiara Nabila
Senin, 21 April 2025 - 16:45
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Setiap 21 April, di Indonesia memperingati hari Kartini, untuk mengenang perjuangannya agar perempuan mendapatkan hak kesetaraan untuk belajar dan bekerja.

Namun, di samping perjuangannya, Kartini yang lahir di Mayong, Jepara pada 21 April 1879 meninggal dunia di usia yang begitu muda, baru 25 tahun.

Menurut berbagai sumber, Kartini meninggal dunia beberapa hari setelah melahirkan anak laki-laki pertamanya, diduga karena preeklamsia. 

Apa itu Preeklamsia?

Mengutip Mayo Clinic, preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan. Ketika mengalami preeklamsia, ibu hamil mungkin mengalami tekanan darah tinggi, kadar protein tinggi dalam urin yang mengindikasikan kerusakan ginjal (proteinuria), atau tanda-tanda kerusakan organ lainnya. 

Preeklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya sebelumnya berada dalam kisaran standar.

Jika tidak segera ditangani, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal bagi ibu dan bayi.

Sebelum melahirkan, penanganan preeklamsia bisa dilakukan dengan pemantauan ketat dan pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah dan mengelola komplikasi.

Namun, preeklamsia juga dapat terjadi pada ibu setelah melahirkan bayi, suatu kondisi yang dikenal sebagai preeklamsia pascapersalinan.

Gejala Preeklamsia

Ciri khas preeklamsia adalah tekanan darah tinggi, proteinuria, atau tanda-tanda kerusakan ginjal atau organ lainnya. Sebagian penderitanya mungkin tidak mengalami gejala yang nyata. 

Tanda-tanda awal preeklamsia sering kali terdeteksi selama kunjungan pemeriksaan kehamilan rutin dengan penyedia layanan kesehatan.

Bersamaan dengan tekanan darah tinggi, berikut ini tanda dan gejala preeklamsia:

- Protein berlebih dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda masalah ginjal lainnya

- Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia)

- Peningkatan enzim hati yang mengindikasikan masalah hati

- Sakit kepala parah

- Perubahan penglihatan, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur atau kepekaan terhadap cahaya

- Sesak napas, yang disebabkan oleh cairan di paru-paru

- Nyeri di perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan

- Mual atau muntah

- Peningkatan berat badan dan pembengkakan (edema). Meskipun peningkatan berat badan dan pembengkakan merupakan hal yang umum terjadi selama kehamilan yang sehat. Namun, jika terjadi secara tiba-tiba, terutama di wajah dan tangan, dapat menjadi tanda preeklamsia.

Lantas kapan harus ke dokter?

Dokter spesialis kandungan Brawijaya Hospital Saharjo, Ardiansjah Dara Sjahruddin, mengungkapkan bahwa preeklamsia bisa terjadi tanpa harus ada riwayat ibu dengan penyakit metabolik sebelum kehamilan. 

Oleh karena itu, untuk pencegahan dan penangaan tepat preeklamsia, pastikan ibu hamil tetap rutin melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan agar penyedia layanan kesehatan dapat memantau tekanan darah. 

Segera hubungi penyedia layanan kesehatan atau pergilah ke ruang gawat darurat jika ibu mengalami sakit kepala parah, penglihatan kabur atau gangguan penglihatan lainnya, sakit perut parah, atau sesak napas parah.

Karena sakit kepala, mual, dan nyeri merupakan keluhan umum saat kehamilan, sulit untuk mengetahui kapan gejala tersebut merupakan bagian dari kehamilan atau justru mengindikasikan masalah serius, terutama jika baru mengalami kehamilan pertama. 

Jika khawatir dan tidak yakin dengan gejala yang dialami, segera hubungi dan berkonsultasi dengan dokter kandungan.

Faktor Risiko

Adapun, ibu perlu memperhatikan beberapa hal yang mungkin menjadi faktor risiko preeklamsia berikut ini:

1. Hamil di usia lebih dari 40 tahun

2. Belum pernah melahirkan bayi hidup

3. Melahirkan beberapa kali dengan riwayat preeklamsia

4. Hamil anak kembar

5. Memiliki riwayat keluarga dengan preeklamsia 

6. Riwayat hipertensi

7. Penyakit ginjal

8. Riwayat diabetes

9. Obesitas sebelum hamil 

10. Kondisi autoimun seperti lupusI

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro