Awas! Kebanyakan Main Medsos Bisa Sebabkan Gangguan Kejiwaan
Health

Awas! Kebanyakan Main Medsos Bisa Sebabkan Gangguan Kejiwaan

Mia Chitra Dinisari
Rabu, 12 Maret 2025 - 11:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi baru dari para peneliti Simon Fraser University telah menemukan hubungan erat antara tingkat penggunaan media sosial yang tinggi dan gangguan kejiwaan yang melibatkan delusi, seperti narsisme dan gangguan dismorfik tubuh.

Dilansir dari medicalexpress, menurut studi yang baru-baru ini diterbitkan dalam BMC Psychiatry tinjauan sistematis dari semua literatur akademis yang tersedia termasuk pemeriksaan lebih dari 2.500 publikasi tentang penggunaan media sosial dan gangguan kejiwaan bentuk-bentuk delusi sejauh ini merupakan jenis gangguan kejiwaan yang paling umum terkait dengan penggunaan media sosial yang tinggi.

Gangguan ini meliputi gangguan kepribadian narsistik (delusi superioritas), erotomania (delusi bahwa seseorang yang terkenal mencintaimu), gangguan dismorfik tubuh (delusi tentang kekurangan di beberapa bagian tubuh seseorang) dan anoreksia (delusi tentang ukuran tubuh).

"Media sosial menciptakan kondisi yang membuat delusi lebih mudah muncul dan bertahan karena adanya platform dan aplikasi yang memenuhi penyebab gangguan tersebut, ditambah dengan tidak adanya pemeriksaan realitas yang efektif," kata Bernard Crespi, seorang profesor ilmu biologi dan Ketua Riset Kanada di bidang Genetika Evolusioner dan Psikologi di SFU.

Menurut para penulis, media sosial itu sendiri pada dasarnya tidak bermasalah, tetapi dunia virtual ditambah dengan isolasi sosial dalam "kehidupan nyata" menciptakan lingkungan tempat orang dapat mempertahankan rasa identitas diri yang delusi tanpa pengawasan.

Meskipun media sosial dapat memberikan manfaat positif melalui kemampuannya untuk menciptakan komunitas dan membantu orang merasa lebih bersatu, Crespi dan rekan penulisnya Nancy Yang berpendapat bahwa individu dengan risiko tinggi sering kali terkena dampak negatif dari penggunaan media sosial yang tinggi.

Mereka juga menunjukkan bahwa fitur-fitur dari banyak aplikasi dan platform populer mendukung dan memperburuk delusi mental dan fisik, dengan memungkinkan penyajian diri dengan cara yang mempromosikan diri tetapi tidak akurat.

Perbedaan mendalam antara interaksi sosial daring dan tatap muka—di mana orang lebih cenderung mengendalikan delusi mereka melalui realitas fisik dan emosional memperburuk penyimpangan dari kesejahteraan mental, tambahnya.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa orang dengan gangguan yang melibatkan tingkat delusi yang tinggi akan mendapat manfaat dari pengurangan penggunaan media sosial mereka. Hal ini juga menuntut dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai fitur-fitur spesifik media sosial yang mendorong delusi dan mencari cara untuk membuat interaksi sosial daring lebih membumi dan menyerupai kehidupan nyata.

Untuk mencapai hal ini, para peneliti mengutip potensi teknologi kontak mata, perspektif 3D, avatar, dan teknologi imersif lainnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro