Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian baru mengungkapkan jika pria yang memiliki kualitas sperma yang baik diprediksi memiliki peluang hidup lebih panjang.
Ilmuwan Denmark menganalisis sampel dari hampir 80.000 pria dan menemukan bahwa mereka yang menghasilkan lebih dari 120 juta sperma renang per ejakulasi hidup dua hingga tiga tahun lebih lama dibandingkan mereka yang menghasilkan kurang dari 5 juta sperma.
Laki-laki dengan kualitas sperma tertinggi rata-rata hidup hingga 80,3 tahun, dibandingkan dengan 77,6 tahun bagi mereka yang memiliki kualitas sperma paling buruk, para peneliti melaporkan dalam Human Reproduction.
“Tampaknya semakin baik kualitas air mani, semakin lama pula kelangsungan hidup,” kata Dr Lærke Priskorn, ahli epidemiologi di rumah sakit universitas Kopenhagen, yang memimpin penelitian bersama Dr Niels Jørgensen, ahli andrologi di rumah sakit tersebut dilansir dari Guardian.
Temuan ini menyiratkan bahwa kualitas sperma mencerminkan kesehatan pria secara keseluruhan dan seberapa besar kemungkinan dia terkena kondisi medis di kemudian hari. Dari setiap ukuran kualitas sperma yang diperiksa para peneliti, kualitas sperma yang lebih buruk dikaitkan dengan kematian dini.
Hubungan antara kualitas sperma yang buruk dan kematian dini tidak dapat dijelaskan oleh penyakit apa pun yang didiagnosis pada satu dekade sebelum tes, atau oleh tingkat pendidikan pria, yang sering kali mencerminkan status sosial ekonomi dan hingga batas tertentu, faktor gaya hidup seperti merokok, pola makan, atau olahraga.
Priskorn mengatakan meskipun data tersebut tidak menjelaskan potensi mekanisme biologis, kondisi di dalam rahim mungkin penting. Dalam skenario ini, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi akan membahayakan sperma dan kesehatannya di kemudian hari.
Para peneliti kini ingin mengetahui penyakit mana yang lebih umum terjadi pada pria dengan kualitas sperma yang buruk. Jika kondisi tertentu teridentifikasi, dokter pada akhirnya dapat memberi saran kepada pria mengenai tindakan pencegahan jika analisis sperma menunjukkan bahwa mereka berisiko.
Dalam editorial yang menyertainya, Prof John Aitken, ahli biologi reproduksi di Universitas Newcastle di Australia, mengataka jika spermatozoa benar-benar merupakan kunci kesehatan pria, pertanyaan yang jelas untuk ditanyakan adalah alasannya.
Kemungkinan pemicunya adalah cacat genetik pada kromosom seks, gangguan sistem kekebalan tubuh, masalah yang terjadi bersamaan seperti penyakit jantung, faktor gaya hidup, dan polutan. Aitken mencurigai adanya proses yang disebut stres oksidatif, di mana molekul yang sangat reaktif yang disebut radikal bebas merusak kualitas air mani dan jaringan tubuh serta mempercepat penuaan.
Allan Pacey, seorang profesor andrologi di Universitas Manchester, mengatakan penelitian ini menambah bukti bahwa pria dengan kualitas air mani yang buruk memiliki peningkatan risiko kesehatan yang buruk atau kematian dini.
“Sejauh ini belum ada yang memberikan penjelasan yang memuaskan,” ujarnya. “Ada kemungkinan bahwa… masalah kesehatan yang tidak teridentifikasi pada awal kehidupan menyebabkan kualitas air mani yang lebih buruk pada pria yang lebih muda dan kesehatan yang buruk di kemudian hari. Kita jelas perlu melakukan upaya lebih lanjut untuk mengungkap hal ini.
“Penting bagi pria dengan kualitas sperma buruk untuk tidak panik, namun mereka harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mendiskusikan segala permasalahan dengan spesialis kesuburan atau dokter keluarga. Seiring bertambahnya usia, mereka harus didorong untuk terlibat dalam setiap tawaran pemeriksaan kesehatan yang ditawarkan kepada mereka.”