Pekerja menyiapkan menu makanan sebelum didistribusikan ke sekolah, di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Kebayunan, Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). Badan Gizi Nasional (BGN) mengoperasikan 190 SPPG atau dapur untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Health

Ahli Gizi Sebut Makan Bergizi Gratis Tak Masalah Tak Pakai Susu

Mutiara Nabila
Kamis, 9 Januari 2025 - 17:14
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah sudah mulai melancarkan program Makan Bergizi Gratis meski baru di beberapa kota. Makanan dibagikan untuk anak sekolah dari PAUD hingga SMA, serta untuk ibu hamil dan menyusui. 

Tak sedikit pula para penerima program ini membagikan foto makanan yang didapatkan, di antaranya ada nasi, sayur, protein hewani dan nabati, dan buah. 

Banyak masyarakat yang menyoroti tidak adanya susu dalam menu makan tersebut. Pasalnya, jika merujuk pda 4 sehat 5 sempurna, ada menu susu untuk menyempurnakan gizi. 

Namun, Ahli gizi Tan Shot Yen mengatakan bahwa menu makanan bergizi lengkap seperti yang beredar sebenarnya sudah cukup tanpa perlu ada susu. 

"Karena kita sekarang sudah pakai konsep gizi seimbang. Jadi tolong kalau di luar sana masih ada orang-orang yang masih menuntut, mesti ada susu segala macam, justru kita harus klarifikasi bahwa kita sudah tidak menganut 4 sehat 5 sempurna," jelasnya dalam media briefing, Rabu (8/1/2025). 

Tan menjelaskan, sebelumnya 4 sehat 5 sempurna mengandalkan susu sebagai sumber protein hewani. Sementara, jika dalam piring gizi seimbang sudah terdapat komponen protein hewani yang lebih baik dan lebih berkualitas, tidak masalah. 

Adapun, yang disoroti PB IDI dan ahli gizi adalah agar makan bergizi gratis tidak kemudian menyajikan menu gorengan, dan makanan ultra proses yang penuh pengawet seperti sosis atau frozen food lainnya. 

"Jadi kalau mau dibilang makanan yang sehat dan bergizi itu adalah yang semakin dekat dengan bentuk aslinya di alam. Jadi kalau memang mau makan bayam, ya kelihatan bayamnya, bukan bakmi warnanya hijau. Mau makan ayam, kelihatan ayamnya, bukan daging olahan jadi sosis yang sudah dicampur tepung, pengawet dan sebagainya," terangnya. 

Dalam makanan bergizi, syarat mutlaknya harus ada sayur, buah dan protein diutamakan dari sumber hewani, dan disesuaikan dengan daerah masing-masing. 

"Jadi kaya masyarakat Jawa, nasi ayam bakar pakai lalapan dan melon juga bisa. Orang Indonesia Timur sajikan pakai ikan roa, pakai singkong, kemudian sayur apa saja, dan buahnya pepaya saja juga sudah cukup," terangnya. 

Selain itu, menurut Tan, yang lebih penting dari makan bergizi gratisnya sendiri adalah bagaimana mengedukasi anak dan ibu yang menjadi sasaran program tersebut untuk menyediakan menu bergizi lengkap setiap hari di rumah. 

"Jadi program ini seharusnya hanya menjadi benchmark, gurunya atau kader posyandu bisa beritahu ke murid dan ibu-ibu kalau makan, tuh, yang lengkap ada sayur, buah, dan daging atau protein nabati," tegasnya. 

Selain itu, pelaksana program juga perlu memperhatikan porsi makan yang dibagikan, harus berbeda untuk anak-anak dan untuk ibu-ibu. 

"Jangan sampai karena mau makan gratis, anak-anak malah melewatkan sarapan karena takut kekenyangan saat sampai di sekolah. Lalu malam harinya juga melewatkan makan karena masih kenyang dari siang. Ini justru tidak akan menyelesaian masalah pengurangan stunting dan malah membuang anggaran," katanya.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro