Film Women From Rote Island
Entertainment

Deretan Film Terbaik FFI 7 Tahun Terakhir

Redaksi
Senin, 9 Desember 2024 - 18:39
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Festival Film Indonesia atau FFI yang diadakan setiap tahunnya selalu sukses mengambil hati para pecinta Film Indonesia.

Beragam jenis film mendapatkan penghargaan dari kritikus-kritikus ternama dimulai dari film inspiratif yang menyentuh hati hingga karya yang mengangkat isu sosial yang relevan. 

FFI selalu berhasil menyajikan film-film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi dampak. 

Simak 7 Film panjang terbaik FFI yang dapat kamu saksikan kembali:

1. Jatuh Cinta Seperti di Film-film (FFI 2024)

Film karya Yandy Laurens yang membawa sejumlah artis deretan papan atas kedalam film layar lebar Indonesia sukses memenangkan kategori Film Panjang Terbaik 2024. Film ini berkisah tentang seorang lelaki bernama bagus (Ringgo) yang bekerja sebagai penulis naskah film. Namun tidak berselang lama, dirinya mendapat kesempatan untuk menulis skenario original karyanya sendiri.

Bagus mengambil kesempatan tersebut dan menulis sebuah kisah romantis komedi dari pengalamannya bersama dengan perempuan yang disukainya.

Skenario karya Bagus berkisar tentang dirinya dan seorang perempuan bernama Hana, teman masa lalunya yang baru saja menjanda. Kisah yang difilmkan ini diharapkan oleh Bagus dapat menjadi hadiah untuk Hana.

2. Woman From Rote Island (FFI 2023)

Film karya Jeremias Nyangoen mengangkat isu serta cerita yang terinspirasi dari kisah nyata tentang permasalahan perempuan di Indonesia Timur. Woman From Rote Island berhasil memenangkan kategori Film Panjang Terbaik FFI 2023 membawa masalah patriarki, pelecehan seksual dan TKI ilegal.

Film yang diperankan oleh nama-nama debutan seperti Linda Adoe dan Irma Rihi sukses mengalahkan para pesaingnya. Woman From Rote Island bercerita tentang seorang ibu 3 anak yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya harus berjuang keras dalam kehidupan.

Orpa sang Ibu dan Martha sang anak menghadapi berbagai macam tantangan seperti kekerasan seksual yang dialaminya akibat gender yang mereka miliki. Situasi bertambah pelik akibat adat istiadat pulau Rote yang menempatkan perempuan sebagai objek yang lemah dan rendah. 

3. Before, Now, and Then (FFI 2022)

Diperankan oleh Happy Salma dan merupakan karya dari novel Ahda Imran serta di sutradarai oleh Kamila Andini. Before, Now, and Then berhasil memenangkan kategori Film Panjang Terbaik FFI 2022. Beberapa nama besar juga turut berpartisipasi dalam film ini seperti Ibnu Jamil, Laura Basuki, Rieke Diah Pitaloka, dan Arswendy Bening Swara. 

Film ini mengangkat isu perempuan yang dalam kehidupan sosial kerap dianggap tidak memiliki nilai dan hak untuk memilih jalan kehidupannya sendiri. Berlatar tempat di Jawa Barat pada tahun 1940 – 1960 film ini memberikan pesan tentang isu Woman Empowerment dalam konflik batin dan sosial adat istiadat yang berlaku.

Dalam film ini Nana (Happy Salma) harus bisa bertarung dengan nilai-nilai adat yang menjatuhkannya, yang menyebabkan dirinya hanya bisa memendam segala hal atau bahkan potensi yang dimilikinya.

Selain cerita dan acting memukau para aktor, faktor set lokasi, wardrobe dan tata rias yang sangat rapi dan indah juga menjadi pendukung dari Before, Now and Then yang mendapatkan mahkota Film Panjang Terbaik 2022.

4. Penyalin Cahaya (FFI 2021)

Film Garapan Wregas Bhanuteja yang mengangkat isu pelecehan seksual di sekitar lingkungan pendidikan berhasil membuka mata masyarakat Indonesia. Penyalin Cahaya bahkan sukses memenangkan Film Panjang Terbaik FFI 2021.

Bercerita tentang bagaimana lingkungan pendidikan dan bagaimana kaum rentan (wanita) melawan dari tuduhan-tuduhan palsu berhasil menggambarkan realita kehidupan nyata dengan begitu baik.

Penyalin Cahaya juga merupakan film yang diperankan oleh banyak artis pendatang baru saat itu, seperti Shenina Cinnamon, Giulio Parengkuan, dan Chicco Kurniawan yang dapat memerankan dengan sangat natural segala emosi yang diperlihatkan. Film ini mengingatkan bagaimana  sistem dalam pendidikan tidak melindungi seorang korban dan justru menjustifikasi secara salah seorang korban.

5. Perempuan Tanah Jahanam (FFI 2020)

Film karya Joko Anwar berhasil menyabet status pemenang dalam kategori Film Panjang Terbaik 2020. Perempuan Tanah Jahanam diperankan oleh banyak pemain yang sudah bekerja sama dengan Joko Anwar seperti Tara Basro, Marisa Anita, Asmara Abigail, Christine Hakim, dan Ario Bayu. Film ini sukses mengangkat tentang peliknya kehidupan dan ritual adat daerah yang memiliki nilai negatif. 

Dengan ciri khas dari Joko Anwar yang tidak pernah tanggung-tanggung dalam mengeluarkan properti yang menjadi set up. Perempuan Tanah Jahanam dapat menyalurkan terror-teror dengan sangat baik tanpa menunjukan hal-hal berlebihan. Film ini memiliki genre dan termasuk dalam kategori dewasa yang patut menjadi perhatian bagi anak dibawah umur yang menonton. 

6. Kucumbu Tubuh Indahku (FFI 2019)

Merupakan film drama karya sutradara Garin Nugroho tentang jalan hidup seorang anak lelaki yang menjadi penari Lengger Lanang. Kucumbu Tubuh Indahku sukses menyabet 8 penghargaan dari 12 nominasi yang didapuknya pada ajang Festival Film Indonesia 2019.

Walaupun memiliki beberapa kontroversi dalam perilisannya sebab dituduh sebagai propaganda dari isu LGBT, Kucumbu Tubuh Indahku nyatanya mengeksplorasi kebudayaan Indonesia dengan sangat dalam.

Garin berhasil menyampaikan pesan bersama dengan para pemeran film ini tentang bagaimana trauma masa kecil serta hasrat dan cinta berhasil membawa Juno menjadi penari adat Lengger Lanang yang sangat popular.

Film ini juga tidak serta merta menggambarkan kehidupan yang dipilih Juno sehingga menjadi penyuka sesame gender. Namun juga mengeksplorasi bahwa adat penari dengan dinamika serta tuntutannya terhadap nilai seni yang juga membawa kehidupan seperti Juno saat ini.

7. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak

Film karya dari Mouly Surya yang juga mengangkat kisah kehidupan seorang wanita berhasil menjadi pemenang dalam Festival Film Indonesia 2018 dalam kategori Film Panjang Terbaik. Film ini berhasil membungkus dengan rapi pesan perjuangan dari ketidakadilan yang dihadapi oleh kaum perempuan yang selalu dianggap lemah dan menjadi objek. 

Film yang mengeksplorasi tanah timur Sumba dengan segala macam kondisi dan karakteristiknya berhasil memperlihatkan bagaimana pengetahuan dan pendidikan berperan penting dalam dinamika kehidupan sosial yang sehat.

Film yang terbagi dalam 4 babak ini menceritakan bagaimana Marlina (Marsha Timoti) berjuan dalam kehidupan menjandanya yang dijadikan sebagai objek seksualitas oleh para teman dari mendiang suami. (Enrich Samuel K.P)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro