Bisnis.com, JAKARTA -- Kasus anak-anak yang terkena penyakit kronis seperti diabetes semakin banyak, dengan terlalu banyak konsumsi gula menjadi salah satu penyebabnya utamanya.
Konsumsi gula berlebihan pada anak memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan, di antaranya bisa menyebabkan peningkatan angka obesitas, diabetes melitus, hipertensi, perubahan perilaku dan mood, serta mempengaruhi prestasi akademik.
Pada pertengahan 2022, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendata prevalensi diabetes pada anak yang meningkat 70 kali lipat jika dibandingkan dengan 2010. Dalam catatan IDAI, anak di Indonesia yang menderita diabetes prevalensinya sebesar 2 kasus per 100.000 anak.
Begitu pula dengan peningkatan prevalensi obesitas pada anak yang mengalami peningkatan 10 kali lipat dari 1975 sampai dengan 2017.
Lalu bagaimana untuk mengontrol agar anak tak kecanduan gula?
Dokter spesialis anak, Prof. DR. dr. Siska Mayasari Lubis mengatakan, untuk mencegah anak kecanduan gula, yang paling penting adalah peran orang tua.
"Orang tua harus berperan aktif untuk mencegah anak ketergantungan terhadap gula. Hal awal yang bisa dilakukan, batasi cemilan manis di rumah," ujarnya dalam media briefing, Selasa (26/11/2024).
Tips selanjutnya adalah mendorong anak makan bersama sehingga orang tua bisa mengontrol makanan yang dikonsumsi oleh anak.
Orang tua juga harus bisa sebagai role model bagi anak, memberi contoh bagaimana bisa mengurangi konsumsi gula di rumah. Selanjutnya, jangan lupa untuk menerapkan pola hidup sehat di rumah.
"Pola hidup sehat tidak cukup hanya untuk mengurangi gula, atau membatasi kalori. Tapi yang perlu ditekankan lagi adalah edukasi untuk aktivitas fisik," jelasnya.
Berdasarkan rekomendasi dari CDC, untuk usia 3-5 tahun, anak diharapkan harus aktif secara fisik sepanjang hari. Hal ini juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
"Pengasuhan oleh orang dewasa ini sebaiknya mendorong anak untuk aktif saat bermain, misalnya dengan melompat atau mengendarai sepeda roda tiga," tambahnya.
Lalu, memasuki usia 6-17 tahun, aktivitas fisik yang diharapkan adalah aktivitas fisik yang intensitas sedang hingga berat selama 60 menit atau lebih baik lagi, setiap hari, termasuk aktivitas aerobik.
"Jadi ini mencakup aktivitas seperti berjalan kaki, berlari, atau apapun yang membuat anak itu bergerak secara aktif. Setidaknya tiga hari seminggu harus mencakup aktivitas dengan intensitas yang kuat. Kemudian aktivitas penguatan otot, termasuk aktivitas seperti memanjat atau melakukan push-up. Kemudian adalah penguatan tulang, termasuk aktivitas seperti melompat atau berlari, dan ini kita harapkan dikerjakan minimal tiga hari seminggu," jelasnya.
Lalu bagaimana cara mengurangi kebiasaan konsumsi gula?
Prof. Siska mengatakan, bagi orang tua untuk bisa mengatur pilihan makanan, misalya mengganti camilan manis dengan buah segar, memberikan yogurt tanpa penganis, atau kacang-kacangan.
"Kemudian pengurangannya bertahap, karena anak kalau sudah kecanduan tidak bisa langsung drastis dari yang konsumsi banyak, langsung tidak boleh sama sekali. Ini pasti akan memberikan dampak penolakan pada anak. Ujung-ujungnya malah jadi nggak berhasil kita untuk mengatasi bagaimana mengurangi gula tersebut," katanya.
Bisa juga dengan mencari alternatif. Misalnya teh kemasan bisa diganti dengan teh herbal atau susu tanpa pemanis. Kemudian, dorong konsumsi air putih sebagai minuman utama, dan dapat ditambahkan dengan irisan lemon agar ada rasa yang lebih segar.