Bisnis.com, JAKARTA — Makanan asal Korea Selatan sedang booming di mana-mana termasuk di Indonesia. Namun, bagaimana jika makanan tersebut ternyata punya manfaat hebat, bisa membantu mencegah obesitas?
Obesitas atau kelebihan berat badan menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang paling banyak dialami di seluruh dunia dan kerap diabaikan. Padahal, obesitas bisa menjadi sumber berbagai penyakit.
Menurut World Obesity Atlas 2024 yang dikeluarkan oleh World Obesity Federation, ada lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas, termasuk hampir 880 juta orang dewasa dan 159 juta anak-anak dan remaja.
Obesitas sendiri dapat berkaitan dengan kondisi seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker, yang muncul dari faktor-faktor seperti genetika, pola makan, dan komposisi mikrobioma usus.
Untuk menghalau masalah obesitas ini, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Functional Foods menyebutkan bahwa makanan khas Korea Selatan, Kimchi, bisa jadi kunci untuk menurunkan angka obesitas.
Dalam studi tersebut, sekelompok peneliti mengevaluasi efek konsumsi kimchi harian terhadap pengurangan lemak tubuh dan komposisi mikrobiota usus pada individu yang kelebihan berat badan.
Pola makan memainkan peran penting untuk menurunkan obesitas. Namun, dengan kimchi, makanan fermentasi Korea yang kaya akan probiotik, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam pengelolaan obesitas.
Kimchi terbuat dari kubis, yang dibumbui bawang putih, jahe, dan cabai merah, yang difermentasi sehingga menghasilkan probiotik, yang dapat meningkatkan kesehatan usus, mengatur metabolisme, dan meningkatkan bakteri usus yang bermanfaat seperti Akkermansia muciniphila.
Studi hewan dan klinis menunjukkan potensi kimchi dalam mengurangi lemak tubuh dan memulihkan keseimbangan mikrobiota usus. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi efek dan mekanisme ini pada berbagai populasi manusia.
Dalam studi baru tersebut, tim peneliti meneliti perubahan mikrobioma usus dari 55 orang dewasa yang kelebihan berat badan, baik pria maupun wanita, dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkisar antara 23 hingga 30 kg/m².
Peserta mengonsumsi tiga porsi kimchi kering beku dalam satu kali makan, yang setara dengan 60 gram kimchi per hari, selama tiga bulan. Kapsul kimchi berisi bubuk kimchi yang diproduksi dengan mengeringkan kimchi kubis napa yang difermentasi pada suhu 4℃ selama dua minggu.
Hasilnya, studi ini melaporkan biomarker darah dan mikrobioma usus pada partisipan dan menganalisis perubahan komposisi lemak tubuh, di mana kelompok yang mengonsumsi kimchi menunjukkan penurunan lemak tubuh sebesar 2,6%, sedangkan kelompok kontrol, yang tidak mengonsumsi kapsul kimchi, mengalami peningkatan sebesar 4,7%.
Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perubahan lemak tubuh antara kedua kelompok.
Analisis mikrobioma peserta juga mengungkapkan bahwa konsumsi kimchi mengakibatkan peningkatan bakteri usus yang bermanfaat, yakni Akkermansia muciniphila, yang dilaporkan dapat mengurangi peradangan dan memperbaiki penanda sindrom metabolik dan obesitas melalui produksi asam lemak rantai pendek.
Konsumsi kimchi juga mengakibatkan penurunan jumlah Proteobacteria, yang dikaitkan dengan obesitas.
Namun, Dr. Sung-Wook Hong dari Kelompok Riset Fungsional Kimchi di World Institute of Kimchi mengarahkan untuk melakukan uji klinis lebih lanjut untuk mengonfirmasi efek anti-obesitas kimchi dan mengetahui mekanisme yang membuat kimchi bisa mencegah obesitas.