Bisnis.com, JAKARTA - Child grooming menjadi salah satu fenomena yang marak terjadi saat ini. Korban-korbannya berupa anak-anak dan remaja di bawah umur.
Secara umum, child grooming merupakan perilaku manipulatif yang orang dewasa lakukan kepada anak-anak. Anak-anak di usia muda cenderung masih polos dan labil sehingga orang dewasa dengan mudah dapat memanipulasi anak-anak untuk melakukan perbuatan asusila.
Perilaku ini bisa terjadi dan dilakukan di mana saja, seperti virtual melalui internet, melalui media sosial, saat bertemu langsung, bahkan melalui organisasi atau tempat sekolah.
Umumnya pelaku child grooming adalah orang asing, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal ini bisa dilakukan oleh orang terdekat.
Dilansir dari Darkness to Light, Jumat (22/12/2024), karena child grooming bersifat manipulatif, terkadang perilaku-perilakunya tidak terlihat di awal dan mulai terasa di akhir ketika berbagai ancaman menghantui sang anak.
Simak tahapan dan tanda-tanda child grooming:
1. Menargetkan anak
Pada awalnya pelaku menargetkan anak-anak yang rentan secara emosional dan mengeksploitasi kerentanan mereka. Biasanya pelaku menargetkan anak-anak yang kehidupan keluarganya kacau, kurang pengawasan dari orang tua, dan terabaikan.
2. Mendapatkan kepercayaan anak
Tahap kedua, pelaku mulai mendekati anak untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Para pelaku mulai memberikan perhatian khusus kepada sang anak agar merasa spesial dan mendapatkan perhatian yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Pelaku biasanya menggunakan taktik memberikan hadiah, menyanjung, dan memberi kebutuhan lainnya.
3. Mengisolasi anak
Pada tahap selanjutnya, pelaku menggunakan taktik isolasi untuk memperkuat hubungannya dengan sang anak. Pelaku biasanya memanipulasi sang anak dengan memberi tahu bahwa tidak ada yang bisa menyayangi mereka seperti sang pelaku, bahkan orang tua.
4. Melakukan seksualisasi hubungan
Setelah ketergantungan emosional dan kepercayaan telah terbangun, pelaku mulai merancang agenda seksual dengan sang anak, baik dengan pembicaraan dan gambar. Dalam hal ini, pelaku memanfaatkan rasa ingin tahu anak-anak.
5. Mengontrol anak
Begitu pelecehan seksual terjadi, pelaku biasanya menyalahkan dan mengancam sang anak. Hal ini dilakukan dengan upaya manipulatif agar tetap bisa mengontrol sang anak, seperti memanipulasi emosi, dan membuat anak-anak percaya tidak ada yang bisa menerimanya.