Imunisasi/kemenkes
Health

Tidak Vaksinasi Anak, Ini Bahaya yang Mengancam

Redaksi
Senin, 12 Agustus 2024 - 18:41
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia memasuki bulan imunisasi dasar untuk anak. Banyak muncul keraguan tentang keamanan vaksinasi untuk anak.

Ketakutan orang tua akan imunisasi pada anak muncul dari kasus anak sakit pasca vaksin. Ternyata, menurut IDAI, kasus tersebut adalah KLB atau kejadian luar biasa, dan terjadi pada satu dari ribuan anak lain yang divaksin. Artinya, ada faktor selain imunisasi yang bisa jadi membuatnya sakit.

Imunisasi justru membuat anak memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit dasar seperti flu, cacar, hingga tetanus.

Sementara itu, anak yang tidak diimunisasi dasar malah menjadi risiko bagi lingkungannya. Menurut UNICEF, semakin banyak anak yang tidak divaksinasi, semakin besar kemungkinan wabah penyakit tertentu kembali muncul. Tidak akan terjadi herd immunity atau ketika suatu lingkungan menjadi kebal dari penyakit tertentu. 

Adapun beberapa kemungkinan bahaya yang dapat terjadi jika anak tidak diimunisasi, melansir UNICEF dan Verywell Health:

1. Anak lebih mudah terjangkit penyakit berat.

Ada banyak penyakit yang bisa dicegah imunisasi, seperti hepatitis, TBC, dan difteri.

Anak yang tidak mendapat imunisasi dasar memiliki kemungkinan jauh lebih tinggi untuk terkena penyakit-penyakit ini.

Selain itu, komplikasi lebih mungkin untuk terjadi. Contohnya, cacar memicu diare, pneumonia, malnutrisi, hingga kebutaan. Penyakit yang tampak ringan dapat menurunkan kualitas hidup anak Anda secara permanen.

2. Anak yang belum cukup umur untuk vaksinasi lebih rentan terkena penyakit.

Jika anak yang tidak diimunisasi tumbuh dewasa mereka bisa terkena penyakit yang sebetulnya memiliki vaksin. Biasanya, penyakit-penyakit ini mematikan untuk bayi yang kekebalan tubuhnya belum kuat, tetapi belum cukup umur untuk divaksin.

Ibu hamil yang terkena cacar berisiko keguguran, dan jika terkena rubella, berisiko melahirkan anak dengan sindrom congenital rubella.

Balita berisiko terkena polio, rubella, dan gondongan hingga cukup umur untuk diimunisasi.

Orang yang memiliki imunitas atau kekebalan tubuh rendah lebih mudah terkena infeksi.

Terdapat orang-orang yang memiliki sistem imun rendah, atau defisiensi imun. Ada sekitar 180 gangguan defisiensi imun. Beberapa turunannya antara lain HIV, kanker limfoma, dan leukimia.

Dalam kasus tertentu, mereka tidak bisa menerima vaksin karena vaksin tersebut dapat memunculkan penyakit. Kasus lain adalah, setelah divaksin, orang dengan gangguan defisiensi imun tidak mendapat respon kekebalan tubuh yang sama dengan orang pada umumnya.

Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap orang-orang yang tidak diimunisasi.

3. Mempercepat munculnya kembali wabah penyakit.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lingkungan dengan orang-orang yang tidak diimunisasi memiliki kerentanan tinggi terhadap wabah penyakit yang sudah hilang.

Salah satu contohnya adalah polio. Beberapa tahun silam, Indonesia telah dinyatakan bebas polio oleh WHO. Namun, kasus itu kembali muncul. Pemerintah pun kembali memberikan imunisasi polio pada anak.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun herd immunity 

telah tercapai, masih ada risiko wabah penyakit muncul kembali. Kemungkinannya pun menjadi lebih besar jika anak Anda tidak diimunisasi.

4. Risiko finansial untuk mengurus penyakit dan komplikasi.

Jika anak tidak diimunisasi, Anda harus siap mengorbankan uang dan waktu untuk penyakit-penyakit yang kemungkinan besar menjangkit anak Anda–yang sebetulnya dapat dicegah dengan imunisasi.

Misalnya, pasien difteri biasanya harus dirawat di rumah sakit. Sakit cacar bisa melanda selama 2 minggu. Hal ini tentu memakan waktu, uang, dan tenaga lebih bagi Anda.

5. Risiko penurunan angka harapan hidup bagi anak.

Jika anak mengikuti proses imunisasi dasar hingga selesai, angka harapan hidupnya meningkat. UNICEF mengatakan bahwa angka harapan hidup di Papua Barat meningkat setelah angka imunisasi anak juga meningkat.

Selain itu, anak yang tidak diimunisasi akan lebih rentan terkena penyakit, yang mendorong penurunan angka harapan hidup.

6. Sanksi sosial dan larangan sesuai regulasi.

Kebanyakan sekolah tidak membiarkan anak masuk sekolah jika tidak diimunisasi–atau justru mengadakan program imunisasi di sekolah sebagai kewajiban.

Selain itu, beberapa negara mewajibkan turis agar telah diimunisasi secara total untuk mencegah penyebaran wabah penyakit. Anak bisa saja kehilangan kesempatan ke luar negeri karena ini.

Namun, beberapa kasus memperbolehkan anak untuk tidak divaksinasi. Misalnya, alergi terhadap antibiotik neomycin, yang bisa jadi bereaksi pada vaksin polio, cacar, dan MMR. Anak yang sedang sakit juga direkomendasikan untuk mengundur jadwal imunisasi mereka.

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro