Bisnis.com, JAKARTA – Prosedur sedot lemak atau liposuction tengah ramai dibicarakan di media sosial, karena merengut nyawa seorang influencer.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan, International Diabetes Foundation (IDF) menyatakan penderita diabetes Indonesia mencapai angka 19,5 juta pada tahun 2021. Angka ini membuat Indonesia mendapat peringkat kelima negara dengan diabetes tertinggi.
Data ini menunjukkan mengapa prosedur sedot lemak sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat tidak hanya ingin memperbaiki penampilan lewat sedot lemak, tetapi juga untuk meringankan beban tubuh.
Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi estetik, Qori Haly, memastikan bahwa prosedur sedot lemak aman, jika pasien memahami apa saja yang harus dipersiapkan dan dipahami.
Simak fakta-fakta berikut yang dapat menambah ilmu Anda tentang prosedur sedot lemak yang benar.
Sedot Lemak Bukan Untuk Menurunkan Berat Badan
Baca Juga Fakta-fakta Sedot Lemak, Anda Wajib Tahu |
---|
Terdapat banyak salah kaprah tentang sedot lemak. Nyatanya, sedot lemak memang bisa menurunkan berat badan, tetapi tidak secara signifikan.
Tujuan utama sedot lemak adalah untuk menghilangkan sebagian lapisan lemak di bawah kulit area tertentu. Sifatnya membentuk tubuh atau body contouring, bukan menurunkan berat badan atau body slimming.
“Lemak di rongga antara organ-organ di perut tidak bisa dihilangkan dengan sedot lemak. Kecuali, dengan metode body slimming, seperti restriksi kalori, diet, dan olahraga,” papar Qori Haly.
Menurutnya, melakukan operasi bedah plastik bukan penyelesaian dari masalah kesehatan Anda. Justru, setelah melakukan prosedur, pasien selalu diharapkan memulai pola hidup yang lebih sehat.
Risiko Sedot Lemak
Sebagai operasi bersifat kecantikan, banyak risiko yang perlu disadari sebelum dan setelah melakukan prosedur.
Simak hal yang perlu Anda perhatikan saat sedot lemak:
1. Risiko pembiusan
Sebelum memulai prosedur, pasien harus jujur menjelaskan obat-obatan yang dikonsumsi.
Hal ini karena jika Anda mengonsumsi obat tertentu, selalu ada risiko interaksi antara obat tersebut dengan obat bius yang akan diberikan selama prosedur.
2. Risiko pembedahan
Pasien juga perlu jujur menjelaskan tentang tindakan bedah atau operasi plastik yang pernah dia lakukan.
Contohnya, jika pasien ingin melakukan sedot lemak untuk kesekian kali, risiko komplikasi pembedahannya juga jadi semakin tinggi.
3. Risiko segera
Setelah prosedur dilakukan, ada sejumlah risiko yang kemungkinan akan langsung muncul.
Yang pertama adalah penumpukan cairan atau seroma. Melansir National Institutes of Health, seroma terjadi ketika muncul cairan pada area kosong yang baru diangkat lemaknya. Ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada operasi kanker payudara dan operasi bedah plastik lainnya.
Selain itu, terdapat risiko infeksi, kebal rasa atau baal, hingga toksisitas lidocaine atau keracunan obat bius.
4. Risiko lambat
Risiko lambat muncul sesaat setelah dilakukannya operasi, dan kemungkinannya permanen dan mematikan.
Yang pertama adalah kulit terlihat bergelombang akibat penyedotan lemak yang tidak seimbang. Hal ini juga berpotensi untuk merusak jaringan lunak Anda.
Kemudian, risiko penyumbatan pembuluh darah atau emboli lemak. Penyumbatan bisa menyebabkan gangguan otak, jantung, dan ginjal. Semakin banyak area operasi, maka risiko ini semakin besar.
5. Risiko komplikasi
Seperti risiko penyumbatan pembuluh darah, kemungkinan terjadi komplikasi akan meningkat jika area operasi semakin luas. Jika Anda melakukan beberapa tindakan secara sekaligus, risiko komplikasi juga meningkat:
Setelah mengetahui risikonya, berikut beberapa langkah persiapan sebelum melakukan prosedur sedot lemak.
- Pahami apa yang diinginkan
Carilah referensi bagian tubuh untuk dilakukan prosedur sedot lemak. Selain itu, lakukan riset mendalam tentang risikonya, juga dokter spesialis yang dapat dimintai bantuannya.
Langkah ini adalah langkah terpenting sebelum mengambil tindakan apapun. Pastikan juga bahwa Anda benar-benar merasa membutuhkan prosedur ini, bukan hanya karena mengikuti tren saja.
- Lakukan konsultasi dengan dokter spesialis yang teregistrasi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Data ini dapat Anda cari di idi.org atau inapras.org.
Berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2024, Pasal 396 menjelaskan bahwa bedah plastik rekonstruksi dan estetika hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis yang memiliki keahlian dan kewenangan.
Keahlian dan kewenangan yang dimaksud, adalah dokter yang diakui oleh KKI dan memiliki izin praktik. Bahkan, dokter umum tidak boleh melakukan praktik bedah plastik jika dia hanya memiliki sertifikat estetik.
Pastikan prosedur dilakukan di fasilitas rumah sakit atau klinik utama, berdasarkan Pasal 297.
- Saling membina kepercayaan dan kejujuran.
Karena sedot lemak memiliki banyak risiko, pasien dan dokter harus saling membina kejujuran. Pasien juga akan diberikan informed consent, untuk memastikan bahwa dia telah memahami semua risikonya.
Pastikan untuk lakukan konsultasi terlebih dahulu secara langsung. Pakar bedah plastik Qori Haly menekankan untuk menghindari pertemuan jika dokter spesialis diwakilkan orang lain. (Ilma Rayhana)